Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang yuan mulai menjadi primadona untuk pembayaran internasional setelah mencatatkan lonjakan jumlah transaksi hingga 3,2 persen per Januari 2022.
Dilansir Bloomberg pada Kamis (17/2/2022), Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications menunjukkan kenaikan penggunaan renimnbi mencapai level tertinggi dibandingkan 2015 saat devaluasi untuk meningkatkan ekspor.
Yuan menjadi mata uang ke-4 setelah dolar AS, euro, dan pound sterling dengan kenaikan transaksi terus naik sejak November 2021.
Gubernur People’s Bank of China governor (PBOC) Yi Gang mendesak negara berkembang mempromosikan penggunaan mata uang lokal dalam pertemuan bank sentral G20 pada Rabu.
PBOC menyerukan hal yang serupa dengan Indonesia untuk menurunkan ketergantungan dengan dolar untuk mengantisipasi risiko pencabutan stimulus dari Federal Reserve.
Kepala Valas Asia Royal Bank of Canada di Hong Kong Alvin T. Tan mengatakan yuan akan menjadi yang paling diuntungkan pada perdagangan antara negara Asia dan pertumbuhan China.
Baca Juga
Naiknya penggunaan yuan dalam 3 bulan terakhir sebagai dana internasional mengerek obligasi pemerintah China. Ditambah, produsen minyak Rusia Gazprom Neft lebih menerima yuan ketimbang dolar untuk mengisi bahan bakar pesawat di bandara di China.
Popularitas yuan yang semakin meningkat juga dapat memberikan dukungan tambahan untuk aset yuan, meski premi imbal hasil China atas AS menyempit karena perbedaan kebijakan antara kedua negara.
Kepala Ekonomi Makro China Standard Chartered Bank Plc. Becky Liu memprediksi pasar obligasi China akan menerima dana masuk sekitar 700 miliar - 800 miliar yuan atau US$110 miliar - US$126 miliar pada tahun ini.