Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Energi Baru Terbarukan, Pohon Lamtoro Bisa Diolah Jadi Sumber Listrik Berbasis Biomassa

Produksi Hutan Energi untuk kayu Lamtoro adalah 21m2/Ha/tahun atau 27,3 ton/Ha/ tahun, sehingga diperlukan lahan efektif sebesar 6.150 Ha. Adapun energi yang bisa diproduksi dari 1 hektar lahan penanaman Lamtoro adalah 262,5 GJ/tahun, dengan karakteristik energi hasil uji coba yang baik,
Biomassa/Ilustrasi-ptpjb.com
Biomassa/Ilustrasi-ptpjb.com

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia memiliki potensi biomassa sangat besar untuk dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai EBT (energi baru dan terbarukan), guna mencapai target net zero emission pada tahun 2060, salah satunya Biomassa yang bisa dihasilkan dari tanaman seperti Lamtoro. 

Oleh karena itu, pemerintah meluncurkan program co-firing atau menambahkan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial ke dalam pembangkit-pembangkit listrik tenaga uap guna menurunkan emisi karbon atau gas rumah kaca.

Biomassa untuk co-firing bisa diperoleh dari limbah pertanian, limbah industri pengolahan kayu, hingga limbah rumah tangga serta tanaman energi yang ditanam pada lahan kering atau dibudidayakan pada kawasan Hutan Tanaman Energi (HTE) seperti pohon Kaliandra, Gamal dan Lamtoro, sehingga dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat.

Djoko Winarno, Ketua Umum DPP Masyarakat Energi Biomassa Indonesia, memaparkan bahwa salah satu jenis pohon budidaya kawasan THE, yaitu Pohon Lamtoro bisa menghasilkan energi listrik ramah lingkungan dalam jumlah signifikan.

“Produksi Hutan Energi untuk kayu Lamtoro adalah 21m2/Ha/tahun atau 27,3 ton/Ha/ tahun, sehingga diperlukan lahan efektif sebesar 6.150 Ha. Adapun energi yang bisa diproduksi dari 1 hektar lahan penanaman Lamtoro adalah 262,5 GJ/tahun, dengan karakteristik energi hasil uji coba yang baik,” papar Djoko dalam diskusi virtual Kontribusi Sektor Kehutanan untuk Pengembangan Energi Biomassa di Indonesia, Jumat (18/02/2022).

Djoko mengatakan bahwa implementasi co-firing, mampu memberikan nilai tambah yang signifikan terhadap keberadaan EBT.

“Yang jelas dan sudah pasti, co-firing akan mengurangi penggunaan energi fosil, dalam hal ini batubara, meningkatkan porsi bauran EBT dalam total bauran energi nasional dengan cara yang relatif cepat, relatif mudah dan murah karena tidak perlu membangun pembangkit baru baik PLTU maupun membangun PLTSampah, dan berefek sangat positif terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca,” urai Djoko.

Ia mencatat co-firing telah diterapkan pada ratusan PLTU Batubara di seluruh Indonesia, dengan kapasitas sedikitnya 18.154 MW.

Hingga kini, Perhutani sebagai salah satu anggota APHI, melakukan uji coba program co-firing, untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Paiton, Jawa Timur, serta diujicobakan juga di PLTU Cikarang Listrindo, Jawa Barat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper