Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Alat Berat Januari 2022 Naik, Tidak Diberati Harga Material

Penjualan alat berat pada bulan lalu menyentuh angka 1.700 unit, di atas rata-rata bulanan pada semester II/2021 sebesar 1.400 unit. 
Loading Shovels Hitachi, salah satu produk PT Hexindo Adiperkasa Tbk. (HEXA). Istimewa
Loading Shovels Hitachi, salah satu produk PT Hexindo Adiperkasa Tbk. (HEXA). Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan alat berat pada Januari 2022 tetap terakselerasi di tengah harga material yang melambung. Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) mencatat penjualan pada bulan lalu menyentuh angka 1.700 unit, di atas rata-rata bulanan pada semester II/2021 sebesar 1.400 unit. 

Etot Listyono, Ketua Umum PAABI mengatakan kenaikan harga material tampaknya tak menyurutkan permintaan yang terkerek momentum tingginya harga sejumlah komoditas seperti batu bara, nikel, dan crue palm oil (CPO). 

"Kalau tahun lalu [semester kedua]  1.400 per bulan , 2021 semester satu rata-rata 1.0000, naik ke 1.400. Prediksi kami [penjualan bulanan] tahun ini 1.700 pus minus," kata Etot kepada Bisnis, Jumat (18/2/2022). 

Diketahui, salah satu indikasi naiknya harga material alat berat yakni, reli harga aluminium sejak 2020 yang belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Menilik data London Metal Exchange, harga komoditas aluminium terus mengalami kenaikan sejak Januari 2020 di angka US$1.722 per ton menjadi US$3.238 per ton pada Februari 2022. Grafik harga sempat mengalami penurunan pada Oktober 2021 pada angka US$2.625 per ton sebelum kembali merangkak naik.

Goldman Sachs Group Inc. memprediksi aluminium akan mencapai harga rekor US$4.000 per ton dalam 12 bulan ke depan karena keterbatasan pasokan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Namun demikian, lanjut Etot, karena permintaan yang tetap tinggi, produsen dan distributor berupaya keras memenuhi kebutuhan melalui berbagai cara, salah satunya efisiensi biaya. Di tingkat produsen dan distributor, penaikan harga jual pasti menjadi pilihan setelah melalui penyesuaian-penyesuaian lain. 


"Apakah [harga jual] akan naik juga, ya pasti ada adjustment, pasti ada justifikasi, itu normatif, biasa," lanjutya. 

PAABI memproyeksikan penjualan pada tahun ini akan berada di kisaran 18.000 unit, setelah 2021 mencatatkan pertumbuhan 110 persen menjadi 14.560 unit. Adapun, pertumbuhannya berada di kisaran 20 persen hingga 24 persen.

Etot juga mencatat pada tahun lalu, alat berat di sektor pertambangan meraih kenaikan tertinggi sebesar 220 persen menjadi 5.200 unit dari 2020 hanya 1.600 unit.

Sementara itu, alat berat di sektor agro tumbuh 72 persen dari hanya 800 unit pada 2020 menjadi sekitar 1.400 unit pada 2021. Kemudian di sektor kehutanan juga terjadi pertumbuhan 64 persen dari 1.270 unit menjadi 2.80 unit.

Adapun alat berat konstruksi tumbuh 66 persen dari 3.500 unit pada 2020 menjadi 5.800 unit pada tahun lalu. Kontribusi masing-masing dari empat sektor tersebut yakni konstruksi sekitar 40 persen, pertambangan 36 persen, kehutanan 14 persen, dan agro 10 persen.

"Harga komoditas masih tinggi, batu bara, CPO, nikel, seluruh sektor masih bagus. Itu yang masih sebagai key driver, batu bara dan nikel, kalau agro forest kondisi marketnya relatively stabil, slightly increase," ujarnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper