Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Targetkan Kurangi Emisi 29 Persen di 2030

Ada dua sektor yang menjadi komitmen pemerintah Indonesia untuk berkontribusi menurunkan emisi di 2030, yaitu sektor kehutanan dan sektor energi dan transportasi.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacariburn
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacariburn

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia berkomitmen untuk mengendalikan climate change (perubahan iklim), dengan target mengurangi emisi karbon sebesar 29 persen di 2030. Pasalnya, negara kita merupakan salah satu negara yang akan menghadapi risiko perubahan iklim yang paling besar, terutama pada sektor perekonomian.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyampaikan, Indonesia telah menandatangani Paris Agreement, yang merupakan kesepakatan global untuk mengurangi emisi di 2030.

"Untuk Indonesia, komitmen kita adalah 29 persen [di 2030]. Ini akan tercapai, kita sudah komitmen dan itu bisa tercapai," kata Febrio dalam G20 Finance Track Side Event, Kamis (17/2/2022).

Diakuinya, perubahan iklim sangat berdampak pada perekonomian Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan.

Di lain sisi, Indonesia menjadi salah satu penyumbang polusi terbanyak di dunia. Untuk itu, ada dua sektor yang menjadi komitmen pemerintah Indonesia untuk berkontribusi menurunkan emisi karbon di 2030.  

Pertama, adalah sektor kehutanan. Febrio menjelaskan, lebih dari 50 persen dari target pemerintah ada di sana, dimana pemerintah menargetkan akan mengurangi sekitar 500 juta ton CO2.

Kemudian, sektor kedua yang akan dikurangi adalah sektor energi dan transportasi dimana pemerintah berencana untuk mengurangi sekitar 300 juta ton CO2.

Dengan menargetkan kedua sektor ini, Febrio optimis target pemerintah untuk menurunkan emisi di 2030 dapat tercapai.

Kendati demikian, Febrio mengakui bahwa tidak mudah untuk melakukan transisi energi, terutama listrik yang digunakan 65 persen berasal dari batu bara dan Indonesia adalah produsen serta eksportir batu bara terbesar di dunia.

"Jadi bagaimana cara kita untuk mengurangi PLTU sementara kita sangat kaya dengan sumber daya itu? Logikanya adalah transisi. Transisi artinya tidak terjadi dalam satu tahun, melainkan 20 atau 30 tahun ke depan. Tapi dari sekarang kita harus sudah mulai," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper