Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEIKI) memproyeksikan kinerja ekspor bakal tumbuh sekitar 5 persen pada 2022 seiring melonggarnya kendala logistik akibat kelangkaan kontainer.
Ketua Bidang Kopi Specialty dan Industri AEIKI Moelyono Soesilo mengatakan volume ekspor kopi pada tahun lalu berkisar 280.000-300.000 ton, seluruhnya dalam bentuk komoditas. Ekspansi ekspor yang tidak terlalu besar karena produktivitas perkebunan yang belum mengalami peningkatan dalam beberapa tahun.
"Masalahnya kembali pada produktivitas yang terlalu rendah. Sekarang yang kami harapkan produktivitas kopi Indonesia bisa meningkat, baru bisa ngomong untuk ekspor yang meningkat [tinggi]," kata Moelyono kepada Bisnis, Kamis (17/2/2022).
Menilik data Badan Pusat Statistik, ekspor kopi, teh, dan rempah-rempah dalam kode HS 09 pada periode Januari-Desember 2021 menurun 7,09 persen dari segi volume menjadi 570,54 ribu ton dari tahun sebelumnya 614,14 ribu ton.
Namun demikian dari segi nilai, ekspor kopi, teh, dan rempah-rempah terkerek harga global sehingga relatif stagnan di angka US$1,70 miliar dibandingkan 2020 sebesar US$1,71 miliar.
Sementara itu, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) mencatat permintaan kopi dunia sudah menunjukkan perbaikan. Terbukti dengan kontraksi nilai ekspor kopi sebesar -1,9 persen, membaik dari 2020 sebesar -6,9 persen.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Indonesia Eximbank Institute, permintaan kopi dunia pada 2022 akan semakin meningkat seiring harga yang juga semakin tinggi. LPEI juga mencatat ceruk permintaan kopi yang lebih spesifik seperti kopi organik sangat cerah pasarnya.
Harga yang tetap tinggi dipengaruhi kondisi defisit kopi di pasar dunia karena sejumlah negara produsen teratas mengalami masalah panen.
"Defisitnya di dunia, kalau Indonesia masih tetap surplus. Di 2020 ini masih akan defisit, 2023 belum tahu," ujar Moelyono.