Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarif Listrik Bisa Ikut Naik Akibat Konflik Rusia-Ukraina, Kok Bisa?

Ekonom Indef menilai tarif listrik bisa ikut naik akibat konflik Rusia-Ukraina.
Warga melakukan pengisian listrik prabayar di Rumah Susun Benhil, Jakarta, Senin (14/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Warga melakukan pengisian listrik prabayar di Rumah Susun Benhil, Jakarta, Senin (14/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Konflik Rusia dan Ukraina dikhawatirkan bakal memicu pemerintah untuk mempercepat implementasi penaikan tarif dasar listrik (TDL).

Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi Indef Andry Satrio Nugroho menuturkan penaikan TDL akan dilakukan terhadap 13 golongan pelanggan nonsubsidi seiring dengan kenaikan harga minyak dan gas akibat ketegangan Rusia-Ukraina pada awal tahun ini.

Manuver itu, lanjutnya, bakal dilakukan untuk mengurangi beban yang mesti ditanggung PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN menyusul potensi kelanjutan gejolak harga bahan bakar minyak atau BBM yang sudah di posisi US$95 per barel pada Selasa (15/2/2022).

“Kemungkinan besar kalau harga minyak ini terus meningkatkan kenaikan TDL akan dimajukan karena ini akan berimplikasi pada biaya yang perlu ditanggung oleh PLN,” kata Andry, Selasa (15/2/2022).

Di sisi lain, lanjutnya, inflasi untuk barang domestik juga bakal terkerek lantaran 75 persen pengadaan Liquified Petroleum Gas (LPG) masih berasal dari impor. Sementara, komponen LPG cukup dominan digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.

Menurut Randy, ketegangan Rusia-Ukraina itu bakal menggerek harga BBM mencapai US$100 per barel di tingkat dunia. Kondisi itu belakangan bakal turut menentukan harga pasokan BBM dalam negeri.

“Kondisi ini akan coba diantisipasi oleh OPEC, mereka juga sekarang mulai hati-hati karena bisa jadi ketegangan ini akan meningkatkan harga minyak di atas US$100 per barel atau lebih,” kata dia.

Sebelumnya, harga minyak mentah mulai mendingin pada perdagangan Selasa (15/2/2022) meskipun di pasar West Texas Intermediate (WTI) dan Brent harganya sudah menembus US$95 per barel. Namun, laju minyak diperkirakan masih terus naik.

Mengutip data Bloomberg pada 09.12 WIB, harga minyak WTI tercatat turun 0,34 poin atau 0,36 persen ke US$95,12 per barel. Adapun, harga minyak Brent turun 0,25 poin atau 0,26 persen ke US$96,23 per barel.

Tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) menyebut ketegangan antara Ukraina dan Rusia berisiko meningkatkan harga minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper