Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Ekspor Oleokimia Tembus 4 Juta Ton, Bakal Naik Lagi Tahun Ini

Volume ekspor diproyeksikan naik 9,5 persen hingga 14 persen pada tahun ini.
Reni Lestari
Reni Lestari - Bisnis.com 15 Februari 2022  |  12:19 WIB
Ekspor Oleokimia Tembus 4 Juta Ton, Bakal Naik Lagi Tahun Ini
Repro - Chandra Asri Petrochemical

Bisnis.com, JAKARTA - Seiring perbaikan ekonomi global, kinerja pengapalan industri oleokimia ikut terakselerasi. Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) mencatat volume ekspor sepanjang tahun lalu mencapai 4,2 juta ton dengan nilai US$4,4 miliar, naik 8,3 persen dari capaian 2020 sebesar 3,87 juta ton.

Ketua Umum Apolin Rapolo Hutabarat mengatakan volume ekspor diproyeksikan naik 9,5 persen hingga 14 persen pada tahun ini.

"Estimasi di 2022 ini untuk ekspor, kami perkirakan 4,6 juta ton sampai 4,8 juta ton. Hal ini seiring dengan pemulihan perekonomian global," kata Rapolo saat dihubungi, Selasa (15/2/2022).

Dengan konsumsi domestik sebesar 2,1 juta ton, total produksi oleokimia menjadi 6,3 juta ton sepanjang tahun lalu.

Sementara itu, Rapolo menjelaskan total kapasitas terpasang industri oleokimia dalam negeri sebesar 11,3 juta ton per tahun. Rinciannya, fatty acid 4,55 juta ton per tahun, fatty alcohol 2,12 juta ton per tahun, glycerin 0,88 juta ton per tahun, methyl ester 1,93 juta ton per tahun, dan soal noodle 1,83 juta ton per tahun.

Di masa pandemi, kebutuhan global akan oleokimia semakin meningkat terutama sabun dan glycerin sebagai bahan baku hand sanitizer. Negara utama tujuan ekspor oleokimia Indonesia berturut-turut yakni Uni Eropa, China, India, Korea Selatan, dan Jepang.


Sebelumnya, Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan industri oleokimia masuk dalam tujuh sektor yang mendapatkan fasilitas harga gas bumi tertentu (HGBT). Hal itu menjadi salah satu dukungan agar sektor industri ini tetap produktif.

Kebijakan primer lain yang mendukung kinerja industri oleokimia adalah penetapan tarif pungutan ekspor bahan baku crude palm oil (CPO) atau crude palm kernel oil (CPKO) lebih tinggi daripada produk intermediate atau hilir, untuk menjaga pasokan bahan baku bagi industri oleokimia domestik.

"Industri oleokimia juga memperoleh dukungan berupa advokasi tarif pungutan ekspor kelapa sawit CPO dan turunannya yang lebih pro-industri pengolahan, sesuai PMK No. 191/2020 juncto PMK 76/2021," kata Putu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

ekspor industri pariwisata olefin
Editor : Kahfi

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top