Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Turki Tak Terkendali, Erdogan Pangkas PPN Makanan Pokok

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan akan memangkas PPN untuk menekan laju inflasi yang tak terkendali.
Seorang pengunjuk rasa pro-Palestina membawa bendera dengan foto Presiden Turki Tayyip Erdogan saat berkendara melewati Konsulat Israel di Istanbul, Turki, Rabu (12/5/2021)./Antara/Reuters-Dilara Senkayarn
Seorang pengunjuk rasa pro-Palestina membawa bendera dengan foto Presiden Turki Tayyip Erdogan saat berkendara melewati Konsulat Israel di Istanbul, Turki, Rabu (12/5/2021)./Antara/Reuters-Dilara Senkayarn

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan akan memangkas pajak pertambahan nilai atau PPN pada makanan pokok menjadi 1 persen dari sebelumnya 8 persen untuk menurunkan laju inflasi.

Dilansir Bloomberg pada Sabtu (12/2/2022), Erdogan menyerukan kepada perusahaan untuk menurunkan harganya pada Senin agar mengikuti perubahan tersebut. Hal itu disampaikan dalam konferensi pers virtual terkait dengan paket kebijakan ekonomi baru di Kementerian Keuangan.

Lebih lanjut, Menteri Keuangan Turki Nureddin Nebati mengatakan pemerintah juga akan membuat gugus tugas yang bertugas menginspeksi harga dan membuat aplikasi mobile sehingga dapat membantu masyarakat menemukan harga sembako termurah.

Sementara itu, lira telah jatuh dan inflasi melonjak setelah bank sentral Turki memangkas suku bunga hingga 500 basis poin dalam empat pertemuan berturut-turut. Hal itu berdasarkan desakan dari Erdogan.

Pada Januari, tingkat inflasi tahunan telah melaju hingga 48,7 persen sejak Erdogan memimpin pada dua dekade lalu. Nebati juga memaparkan bahwa pemerintah akan menjadi penjamin paket Dana Jaminan Kredit yang nilainya mencapai 60 miliar lira atau US$4,45 miliar. Hal ini berarti jumlah yang akan diberikan bank akan berkali-kali lipat.

Pemerintah juga menawarkan pinjaman baru bagi perusahaan teknologi menengah dan tinggi dengan suku bunga hingga 16 persen. Angka itu cenderung rendah dari perkiraan Bloomberg yang memperlihatkan bahwa suku bunga rata-rata bank komersil hingga 2 Februari sekitar 22,7 persen.

Ke depan, Pemerintah Turki akan terus memonitor kebijakan ini untuk memastikan bahwa mereka membiayai produksi dan ekspor. Hal itu sebagai respons dari komplain karena perusahaan banyak menggunakan kemudahan kredit untuk membeli dolar.

Nebati mendorong masyarakat untuk membawa tabungan emasnya yang diperkirakan mencapai 5.000 ton ke bank.

"[Tabungan ini] setara dengan US$250 miliar - US$350 miliar. Sebagian dari itu bisa mendukung bank sentral dan memenuhi kebutuhan untuk valuta asing," kata Nebati di London pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper