Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Omicron, Sentra Food (FOOD) Pasang Target Konservatif

FOOD menargetkan pertumbuhan 5% penjualan pada tahun ini. Perusahaan menargetkan bisa mengantongi penjualan sebesar Rp100 miliar, naik tipis dibandingkan Rp95,2 miliar dari penjualan tahun lalu.
Didirikan pada 28 Juni 2004, PT Sentra Food Indonesia adalah perusahaan yang khusus bergerak di bidang makanan dan minuman. /Sentra Food Indonesia
Didirikan pada 28 Juni 2004, PT Sentra Food Indonesia adalah perusahaan yang khusus bergerak di bidang makanan dan minuman. /Sentra Food Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen olahan daging PT Sentra Food Indonesia Tbk. (FOOD) memproyeksikan kinerja produksi dan penjualan akan tumbuh konservatif pada tahun ini, menyusul lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron.

Direktur Utama Sentra Food Agustinus Sani Nugroho mengatakan volume produksi perseroan pada tahun lalu tergerus sekitar 6 persen. Dengan kapasitas 200 ton per bulan, utilitas produksi saat ini berada di kisaran 50 persen.

Dari total penjualan Rp95,2 miliar tahun lalu, Agustus membidik pertumbuhan 5 persen hingga Rp100 miliar pada 2022.

"Saya merasa tahun ini akan lebih baik, tetapi kami tetap agak konservatif karena Omicron dan PPKM mulai diperketat," kata Agustus saat dihubungi Bisnis, Kamis (10/2/2022).

Selain itu, penaikan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), jika nantinya berdampak ke jam buka mal dan restoran, akan menggerus kinerja penjualan Sentra Food. Hal itu karena pasar hotel, restoran, dan kafe (Horeka) berkontribusi sebesar 70 persen terhadap penjualan FOOD. Adapun, sisanya disumbang oleh penjualan ritel baik pasar modern maupun tradisional.

Namun demikian, peluang pertumbuhan dinilai tetap ada mengingat varian Omicron tidak menimbulkan lonjakan kematian yang tinggi dibandingkan varian Delta pada tahun lalu.

Dengan lesunya pasar Horeka, tadinya Agustus berharap banyak pada pertumbuhan penjualan ritel. Namun sayangnya hal itu tidak terjadi, seiring turunnya penjualan di salah satu pasar modern secara drastis.

Agustus berharap pemerintah tidak kembali memberlakukan pembatasan secara ketat, sehingga penjualan ke pasar Horeka maupun ritel tak tergerus terlalu dalam.

"Kami merasa dua tahun ini sudah bleeding, harusnya tahun ini kami bisa push [kinerja]," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Umum National Meat Producer Association (Nampa) Ishana Mahisa memproyeksikan penurunan produksi olahan daging sekitar 1 persen hingga 2 persen pada tahun ini. Hal itu disebabkan tingginya harga bahan baku sehingga menyebabkan sejumlah pabrikan memangkas produksi.

Meski terdapat belasan pelaku usaha baru di industri pengolahan daging, dampaknya terhadap volume produksi secara nasional diperkirakan belum akan terlalu signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper