Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Asing Tak Selalu Berkolerasi dengan Ekspor, Ini Sebabnya

Indonesia perlu mengatur iklim usaha yang tepat agar investasi asing yang masuk bisa berorientasi ekspor.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebutkan kehadiran investasi asing tidak selalu berkorelasi positif dengan kinerja ekspor. Biaya produksi dan perdagangan tetap menjadi faktor utama yang memengaruhi aktivitas ekspor.

Koordinator Wakil Ketua Umum III Kadin bidang Maritim, Investasi dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengatakan skema biaya produksi yang tidak kompetitif hanya akan memudahkan penetrasi pasar domestik pada investasi yang masuk. Indonesia perlu mengatur iklim usaha yang tepat agar investasi asing yang masuk bisa berorientasi ekspor.

"Yang berperan di sini bukanlah apa sektornya atau dari negara mana investornya, tetapi lebih pada bagaimana kita mengatur iklim usaha. Khususnya dari sisi efisiensi biaya usaha di sektor yang menjadi target masuknya investasi asing dan ekspor," kata Shinta, Jumat (4/2/2022).

Sebagai contoh, dia mengatakan investasi China dan Hong Kong yang selaras dengan kenaikan ekspor RI ke kawasan tersebut lebih disebabkan oleh iklim usaha yang sejak awal difasilitasi untuk produksi produk hilir besi dan baja berorientasi ekspor. Tanpa dukungan sejak awal, dia menilai dampak investasi terhadap ekspor bisa lebih rendah.

"Investasi asing di sektor pertambangan di Indonesia tidak selalu berarti kita memiliki kinerja ekspor produk tambang yang terus meningkat karena beberapa faktor, seperti lartas ekspor dan keengganan investor asing untuk membangun smelter di Indonesia sebelum diwajibkan oleh regulasi," jelasnya.

Shinta juga mencatat ekspor beberapa produk unggulan seperti minyak sawit, garmen, sepatu, dan ban lebih banyak ditopang oleh investasi dalam negeri karena pertimbangan manajemen industri padat karya yang lebih sulit dilakukan oleh investasi asing.

Investasi asing juga bisa menghadapi kendala akses pasar di sektor pertanian dan perkebunan karena kesulitan membangun relasi dengan petani plasma maupun UMKM yang vital demi mendukung rantai pasok.

"Ke depannya kalau Indonesia mau mendorong ekspor melalui FDI, perlu dipastikan dulu daya saing biaya produksi dan biaya rantai pasok di sektor yang ditargetkan," katanya.

Pemerintah mencatat realisasi investasi asing pada 2021 mencapai Rp454 triliun, naik 10 persen daripada investasi asing di 2020 yang berjumlah Rp412,8 triliun. Dari realisasi ini, sektor usaha industri logam dan pertambangan menjadi kontributor terbesar pada 2021 dengan nilai masing-masing sebesar US$6,97 miliar dan US$3,81 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper