Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian mendorong subtitusi bahan baku industri petrokimia menjadi bahan bebasis terbarukan. Industri ini dinilai menjadi sektor utama penyumbang gas rumah kaca, sehingga memiliki peran penting pada pencapaian target iklim dalam Kontribusi yang Ditetapkan secara Nasional (National Determined Contribution/NDC).
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Muhamad Khayam mengatakan salah satu upayanya adalah gasifikasi nabati memanfaatkan limbah sisa produksi.
"Kalau sekarang kita gunakan batu bara [untuk gasifikasi]. Nanti kita bisa memanfaatkan bahan nabati," kata Khayam dalam webinar, Jumat (28/1/2022).
Khayam menyebut gasifikasi nabati memiliki proses yang hampir serupa dengan batu bara meski bahan dasarnya berbeda. Gas yang dihasilkan nantinya dapat diubah menjadi senyawa H2 dan CO yang kemudian bisa diproses lagi menjadi metanol dan amonia. Metanol bisa dimanfaatkan untuk olefin dan menjadi bahan baku plastik, sedangkan amonia merupakan bahan baku pembuatan pupuk.
"Disamping kita mempunyai gasifikasi batu bara, gasifikasi nabati juga dapat dimanfaatkan," lanjutnya.
Selain itu, yang saat ini sedang dilakukan uji coba yakni pemanfaatan crude palm oil (CPO) menjadi bahan bakar bensin, diesel, dan avtur.
Pada proses pengembangan selanjutnya, Khayam berharap penghiliran CPO dilanjutkan menjadi produk mirip nafta, yakni hasil distilasi minyak bumi yang digunakan sebagai bahan baku karet sintetis, deterjen, obat, cat, serat sintetis, kosmetik, dan zat aditif bensin.
"Nafta juga merupakan bahan baku olefin dan aromatik, dan juga tekstil," lanjutnya.
Di sisi lain, PT Pupuk Kalimantan Timur melakukan sejumlah upaya pengurangan gas rumah kaca hasil produksi, salah satunya dengan penggunaan biomassa sebagai sumber energi alternatif. Pupuk Kaltim berencana mensubstitusi 1 persen hingga 5 persen batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik dengan biomassa.
Rahmad Pribadi, Direktur Utama Pupuk Kaltim mengatakan ada potensi reduksi gas rumah kaca sebesar 5,4 persen untuk substitusi batu bara sebesar 5 persen. Adapun sumber biomassa didapat dari sampah organik, potongan kayu, cangkang kelapa sawit, serbuk gergaji, dan jerami.
"Dengan menggunakan campuran biomassa dan batu bara, akan mengurangi gas rumah kaca sebesar 5,4 persen," ujarnya.
Selain itu, emisi buangan CO2 dari fasilitas produksi amonia Pupuk Kaltim juga akan dimanfaatkan untuk pabrik soda ash sebagai bahan baku kaca.
"Soda ash ini bagusnya mengurangi CO2 sekaligus substitusi impor, karena hari ini 100 persen soda ash masih diimpor," ujarnya.