Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) memperkirakan kebutuhan gula kristal rafinasi (GKR) akan melebihi alokasi kebutuhan sebesar 3,48 juta ton pada tahun ini.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman mengatakan, angka alokasi tahun ini diajukan pada September–Oktober 2021. Melihat perkembangan penjualan ritel yang meningkat di akhir tahun, dan perkiraan lonjakan kebutuhan pada lebaran tahun ini, kuota tersebut diperkirakan akan terlampaui.
“Ternyata permintaan ritel cukup meningkat, dan kami optimistis kebutuhan Lebaran cukup banyak. Setelah diskusi dengan teman-teman Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia, kelihatannya akan kurang,” kata Adhi kepada Bisnis, Kamis (20/1/2022).
Dia memperkirakan, kekurangan tersebut akan berkisar 200.000–300.000 ton. Masalah lain, sebut Adhi, tidak ada stok tersisa dari alokasi kebutuhan tahun lalu yang sekitar 3,2 juta ton, karena permintaan yang tinggi di akhir tahun.
Adhi menuturkan, pihaknya telah menyampaikan hal tersebut ke Kementerian Perindustrian, dan berharap pemerintah memfasilitasi pengadaan GKR tambahan jika terjadi kekurangan.
“Mungkin pemerintah akan memfasilitasi kalau itu kurang, karena industri butuh bahan baku,” lanjut Adhi.
Baca Juga
Sebelumnya, Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan, alokasi impor gula mentah pada tahun ini naik 5 persen menjadi 3,48 juta ton.
Pada tahun lalu, dari serapan sekitar 3,2 juta ton, terdapat stok awal sebesar 163 ribu ton dari alokasi 2020. Adapun, gula rafinasi dihasilkan oleh 11 perusahaan industri GKR dengan kapasitas terpasang 5,5 juta ton. Kemenperin mencatat total investasi di industri GKR pada tahun lalu mencapai Rp8,09 triliun.