Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian menyebut investasi untuk pembangunan pabrik gula konsumsi yang terintegrasi terus bermunculan.
Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan bahwa baru-baru ini telah terealisasi investasi senilai hampir Rp4 triliun di Sumba Timur. Ke depan akan ada tambahan investasi sebesar Rp5,4 triliun.
“Demikian juga ada beberapa perusahaan industri yang berminat untuk melakukan investasi, baik hasilnya sebagai gula maupun energi, etanol, dan biogas,” kata Putu di Jakarta, Kamis (20/1/2022).
Penambahan investasi diharapkan dapat menambah produktivitas industri gula nasional yang stagnan di angka 2,2 juta ton per tahun.
Putu mengatakan, volume produksi tersebut cenderung tidak berubah dalam 5 tahun terakhir. Sementara itu, kebutuhan gula nasional tercatat mencapai 6 juta ton, sehingga ada defisit sebesar 3,8 juta ton yang harus dipenuhi melalui importasi.
Menurut catatan Kementerian Perindustrian, angka kebutuhan 6 juta ton per tahun itu terdiri atas 2,7 hingga 2,9 juta ton gula konsumsi, dan 3 hingga 3,2 juta ton gula industri.
Tahun lalu, Asosiasi Gula Indonesia (AGI) memproyeksikan produksi gula konsumsi dapat mencapai 2,4 juta ton. Pada 2020 angka produksinya mengalami penurunan menjadi 2,1 juta ton dari 2019 sebanyak 2,2 juta ton.
Kebutuhan gula nasional diperkirakan tumbuh sekitar 5–7 persen per tahun. Pada 2030 angka kebutuhan tersebut dapat mencapai 9,81 juta ton. Artinya, jika kapasitas produksi nasional tak bertambah, akan ada potensi defisit sebesar 7,13 juta ton.
“Kemenperin telah menerbitkan Permenperin Nomor 10/ 2017 tentang Fasilitas Memperoleh Bahan Baku dalam Rangka Pembangunan Industri Gula. Kami mengharapkan agar pelaku usaha industri gula dapat memanfaatkan fasilitas tersebut, dengan harapan target pemenuhan gula nasional dapat dipenuhi dari dalam negeri,” jelasnya.
Sementara itu, belum lama ini produsen gula terbesar di kawasan Timur Tengah Al Khaleej Sugar Co. (AKS) berencana berinvestasi sebesar US$2 miliar, atau sekitar Rp28,68 triliun dalam pengembangan fabrikasi etanol dari gula.
Selain sebagai bahan bakar, etanol gula juga dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap gula rafinasi. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pun menyebut impor gula rafinasi berpeluang ditekan hingga 750 ribu ton per tahun.