Bisnis.com, JAKARTA - Rangkaian LRT Jabodebek yang terdampak tabrakan di kawasan Cibubur-TMII, Jakarta Timur tahun lalu akan dilakukan pengujian ulang pada Februari 2022.
Executive Vice President Divisi LRT Jabodebek Mochamad Purnomosidi mengatakan tiga dari empat trainset yang rusak akibat tabrakan itu akan didatangkan dari kantor PT Industri Kereta Api (Inka) di Madiun, Jawa Timur sekitar Februari hingga Maret 2022.
"Kemarin janjinya Inka kepada kami [PT Kereta Api Indonesia] Februari atau Maret," kata Purnomo di Jakarta, Rabu (19/1/2022).
Nantinya, ujar dia, setelah rangkaian tersebut tiba kembali, akan dilakukan pengujian dinamis (berjalan) oleh internal Inka. Setelahnya, pengujian dilanjutkan oleh PT KAI dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.
"Pengujian jalan [dinamis] akan dilakukan kembali karena [rangkaian yang diperbaiki ini] dianggap sebagai kereta baru. Jadi akan melalui pengujian dinamis di internal Inka dulu nanti setelah itu baru pengujian dengan KAI, DJKA, [setelah dinyatakan] laik jalan baru kita terima nanti [untuk dioperasikan komersial]," terangnya.
Hal senada juga pernah disampaikan Senior Manager PKBL, CSR & Stakeholder Relationship PT Inka (Persero) Bambang Ramadhiarto. Dia menyebut pihaknya akan menggunakan kembali rangkaian LRT Jabodebek yang rusak usai tabrakan dan akan dilakukan pengujian ulang.
"Betul [nanti] masih menggunakan kereta yang sama yang telah diperbaiki. Nanti diuji ulang," kata Bambang, Kamis (11/11/2021).
Bambang menuturkan, Inka melakukan proses pemeriksaan dan perbaikan terhadap 4 trainset (24 kereta) yang terdampak kecelakaan. Perbaikan dilakukan di kantor Madiun.
Menurutnya, akibat terjadinya insiden beberapa waktu yang lalu itu, sebanyak 4 trainset yang terdampak harus dilakukan normalisasi dan nantinya akan dilakukan uji ulang mulai dari FAT, pengujian dinamis bersama PT KAI dan Balai Pengujian DJKA.
Sebagai pengingat, rangkaian LRT Jabodebek mengalami tabrakan saat uji coba pada Senin (25/10/2021) di kawasan Cibubur. Dari hasil investigasi internal, diduga tabrakan terjadi karena adanya human error.
Operator yang melakukan uji gerak (dinamis) LRT Jabodebek diduga tidak segera menjalankan fungsi pengereman ketika menata Trainset No. 29 menuju posisi stabling/parkir.
Sementara berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dikatakan bahwa tabrakan LRT Jabodebek disebabkan beberapa hal, mulai dari titik berhenti yang tidak jelas hingga teknisi yang tidak fokus karena penggunaan ponsel sebagai media komunikasi selama uji coba.