Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2021 mengalami surplus US$1,02 miliar. Surplus ini jauh lebih rendah dari surplus November sebesar US$3,51 milar.
Turunnya surplus dipicu oleh penurunan ekspor di Desember 2021 dan naiknya impor pada akhir tahun.
"Surplus di bulan Desember ini merupakan surplus keduapuluh," Kepala BPS Margo Yuwono, Senin (17/1/2021). Secara komoditas, penyumbang terbesar adalah lemak dan minyak nabati.
Nilai ekspor Indonesia mencapai US$22,38 miliar atau naik 35,50 persen dibandingkan Desember 2020. Tetapi, angka ini turun 2,04 persen dari posisi November 2021.
Secara tahunan (year-on-year), ekspor migas mencapai Rp1,09 miliar mengalami kenaikan 7,33 persen dari periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, ekspor nonmigas tercatat 21,28 miliar atau naik 37,13 persen dari posisi Desember tahun 2020.
"Selama 2021, kinerja ekspor kita lebih bagus dibandingkan 2019 dan 2020," kata Margo.
Baca Juga
Dia melanjutkan, ekspor tertinggi ada di November 2021, sebesar US$22,54 miliar. Dari sektornya, ekspor pertamabangan mengalami kenaikan tertinggi sebesar 74,92 persen (yoy) sebesar US$3,80 miliar, tetapi angka bulanannya mengalami penurunan terdalam sebesar 21,20 persen.
"Kalau dilihat komoditas di dalam yang terjadi penurunan tertinggi terjadi pada komoditas batu apung, lignite dan biji tembaga," kata Margo.
Berdasarkan HS 2 Digit, Margo mengungkapkan kenaikan ekspor tertinggi terjadi untuk komoditas lemak dan minyak nabati (HS 15), besi dan baja (HS72), mesin dan perlengkapan (HS85) serta nikel dan barang daripadanya (HS75).
"HS 15 tujuan ekspornya ke Pakistan, Mesir dan India," katanya. Adapun, komoditas yang mengalami penurunan a.l Bahan bakar mineral (HS27), logam mulia dan perhiasan (HS71), bijih logam, terak dan abu (HS26).
Dari negaranya, penambahan ekspor terjadi ke Pakistan, Mesir, Amerika Serikat, Thailand, dan Taiwan. Dua komoditas yang mempengaruhi ekspor RI ke Pakistan adalah lemak dan minyak nabati serta bahan bakar mineral.
Sementara itu, ekspor ke China mengalami penurunan paling besar. Margo mengungkapkan komoditas ekspor ke China yang mengalami penurunan a.l. bahan bakar mineral dan lemak dan minyak hewan dan nabati.
Dari sisi impor, impor Indonesia pada Desember mencapai Rp21,36 miliar naik 47,93 persen secara tahunan dan naik 10,51 secara bulanan (month-to-month/mtm). Perkembangan impor tertinggi tercatat pada Desember 2021 ini.
Dari komposisi penggunaannya, kenaikan tertinggi dicatat oleh bahan baku sebesar 53,33 persen (yoy). Margo mengungkapkan angka tersebut menjadi indikasi yang bagus bagi ekonomi RI.