Bisnis.com, JAKARTA – Porsi bauran energi baru dan terbarukan (EBT) masih belum mengalami peningkatan yang pesat pada tahun lalu. Realisasi penggunaan energi hijau itu baru mencapai 11,5 persen.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana memaparkan, realisasi bauran EBT pada 2021 sebesar 168,7 juta barel setara minyak.
Dadan mengatakan, realisasi bauran EBT pada tahun lalu mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan realisasi di 2020, karena adanya peningkatan biofuel dan kenaikan pemanfaatan listrik yang bersumber dari EBT.
Kementerian ESDM mencatat, penambahan kapasitas terpasang pembangkit listrik yang bersumber dari EBT pada tahun lalu mencapai 654,76 megawatt (MW), atau hanya 77 persen dari target 854,78 MW.
Sementara itu, implementasi B30 pada 2021 mencapai 9,3 juta kiloliter (kl), atau 99 persen dari target 9,4 juta kl.
“11,5 persen naik dari 2020, di mana 2020 11,2 persen. Angka sementara ini kan masih dipastikan ya 11,5 persen naik 0,3 persen,” ujarnya dalam paparan yang digelar pada Senin (17/1/2022).
Baca Juga
Kendati demikian, realisasi bauran EBT pada tahun lalu masih berada di bawah target yang ditetapkan dalam rancangan umum energi nasional (RUEN) pada tahun lalu, yakni 14,5 persen.
Dadan menuturkan, tidak tercapainya target tersebut disebabkan oleh kondisi pandemi Covid-19 yang membuat sejumlah proyek mengalami keterlambatan dan tidak bisa diselesaikan pada 2022.
Di samping itu, proyeksi kebutuhan energi antara yang ada di RUEN dan realisasi pada tahun lalu mengalami ketidaksesuaian, karena adanya perlambatan konsumsi yang disebabkan oleh pandemic Covid-19.
“Banyak alasan kenapa tidak tercapai sesuai RUEN, basis pertama RUEN sesuai kebutuhan energi tinggi. Kenaikan lebih tinggi dari yang terjadi sekarang masih dibawah RUEN, karena kebutuhan energi tidak tinggi dari yang ditargetkan RUEN,” jelasnya.
Pada tahun ini, bauran EBT dalam RUEN ditargetkan bisa mencapai 15,7 persen agar mampu mencapai target bauran energi hijau pada 2025 sebesar 23 persen.
Dia optimistis target itu dapat direalisasikan dengan adanya prioritas penggunaan EBT di masa mendatang.
“Pemerintah ambil kebijakan 2021 dalam RUPTL kurangi beberapa pembangkit PLTU, dengan kurangnya pembangkit PLTU, gap antara RUEN dan target realisasi 2022 ini akan jadi semakin kecil,” jelasnya.