Bisnis.com, JAKARTA — Investasi di industri plastik hilir khususnya kemasan, akan semarak pada tahun ini seiring perubahan pola konsumsi masyarakat yang didorong pandemi. Tren belanja online untuk berbagai kebutuhan sehari-hari mendorong tumbuhnya kemasan untuk layanan antar.
Direktur Eksekutif Federasi Kemasan Indonesia Henky Wibawa mengatakan sejumlah pabrikan akan menambah diversifikasi produksi untuk memenuhi tuntutan tersebut. Selain itu, beberapa produsen fast moving consumer goods (FMCG) juga mendirikan unit produksi kemasan untuk memperkuat integrasi.
Diantara perusahaan FMCG yang disebut Henky antara lain Wilmar Group, Mayora, dan Indofood. Dengan demikian, dia memproyeksikan kapasitas produksi industri kemasan lokal akan tumbuh 20 persen hingga 25 persen pada tahun ini.
"Misalnya wilmar, perusahaan cooking oil, itu sudah siap satu perusahaan packaging-nya di Banten, bekerja sama dengan perusahaan india. Ada juga perusahaan yang bekerja sama dengan Jepang, kemudian perusahaan-perusahaan besar seperti Mayora, Indofood akan ekspansi untuk menyikapi ketahanan rantai pasok," kata Henky kepada Bisnis, Senin (17/1/2022).
Selain itu, pergeseran pola konsumsi masyarakat juga ditandai dengan penutupan gerai-gerai oleh sejumlah peritel besar.
Henky juga mengatakan terjadi perbaikan permintaan sejak kuartal III/2021 seiring bergeliatnya sektor konsumsi. Perbaikan tersebut tercermin dalam survei konsumen Bank Indonesia pada Desember 2021 yang mengindikasikan keyakinan terhadap kondisi ekonomi terjaga pada level optimistis.
Indeks keyakinan konsumen (IKK) pada Desember 2021 sebesar 118,5 berada pada level optimistis meski sedikit turun dari level November 2021 sebesar 118,5. Adapun indeks ekspektasi kondisi ekonomi (IEK) pada Desember 2021 tercatat 136,8, sedikit turun dari bulan sebelumnya 137,8.
Meski optimistis industri kemasan akan tetap tumbuh pada tahun ini, Henky hanya memasang target moderat 5 persen. Pasalnya, pengusaha kemasan masih berjibaku dengan kesulitan pasokan material akibat kendala logistik. Selain itu, ancaman gelombang pandemi selanjutnya akibat Covid-19 varian Omicron juga tak bisa dielakkan.
"Kontainer masih menjadi kendala. Perusahaan tidak bisa punya material, dia punya permintaan tapi materialnya tidak ada," ujarnya.