Bisnis.com, JAKARTA – PT Berdikari (Persero) melaporkan belum menerima penugasan impor daging sapi/kerbau untuk memenuhi kebutuhan 2022, baik impor daging kerbau India maupun daging sapi Brasil. Pemerintah sendiri telah menetapkan kebutuhan impor daging sapi pada 2022 mencapai 266.065 ton.
"Sampai saat ini yang saya tahu belum ada penugasan. Namun kami sangat siap kalau surat penugasan dikeluarkan [untuk kami]," kata Direktur Operasional Berdikasi Muhammad Hasyim dalam diskusi daring, Kamis (13/1/2022).
Berdikari tercatat mulai mendapat penugasan impor daging beku pada 2018. Saat itu perusahaan mendapat penugasan untuk mendatangkan 20.000 ton daging kerbau India dan berhasil merealisasikan seluruh alokasi yang diberikan.
Perusahaan kembali mendapat penugasan impor pada 2019, tetapi saat itu Berdikari ditugasi mengimpor 10.000 ton daging sapi asal Brasil. Realisasi impor daging sapi Brasil berjumlah 3.500 ton.
Berdikari lalu menerima penugasan impor daging kerbau 50.000 ton dan sapi Brasil 10.000 ton pada 2020. Realisasi dari penugasan tersebut 24.724 ton daging kerbau dan 1.900 ton ton daging sapi Brasil.
“Untuk 2021 impor daging kerbau tidak ada penugasan kepada Berdikari, yang ada hanya impor daging dari Brasil sekitar 20.000 ton dan realiasinya hingga hari ini kurang lebih 16.560 ton,” katanya.
Pemerintah memperkirakan kebutuhan impor daging sapi/kerbau pada 2022 mencapai 266.065 ton. Meski masih membutuhkan pasokan tambahan dari luar negeri, Kementerian Pertanian menyebutkan volume impor daging sapi terus mengalami penurunan.
Dalam neraca pasokan dan kebutuhan daging sapi 2022 yang telah disusun pemerintah, konsumsi per kapita pada 2022 mencapai 2,57 per kg per tahun, meningkat dari konsumsi 2021 di angka 2,46 per kg per tahun. Adapun jumlah penduduk bertambah dari 272,24 juta pada 2021 menjadi 274,85 juta pada 2021 sehingga kebutuhan daging meningkat dari 669.731 ton menjadi 706.388 ton.
Produksi nasional pada 2022 ditaksir 436.704 ton, naik dari 423.443 ton pada 2021. Dengan stok awal tahun yang berjumlah 62.485 ton, Indonesia diperkirakan masih defisit 207.199 ton. Pemerintah juga menetapkan stok cadangan sebesar 58.886 ton sehingga kebutuhan impor menyentuh 266.065 ton.