Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos World Bank Ungkap Alasan Pemangkasan Proyeksi Ekonomi Global

Presiden Grup Bank Dunia David Malpass mengatakan proyeksi global dikaburkan oleh ketidakpastian yang luar biasa.
Karyawati beraktivitas di kantor Bank Dunia, di Jakarta, Senin (9/10)./JIBI-Dwi Prasetya
Karyawati beraktivitas di kantor Bank Dunia, di Jakarta, Senin (9/10)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Dunia atau World Bank memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang disebabkan sejumlah faktor, seperti kurangnya dukungan kebijakan dan berlanjutnya kemacetan rantai pasok akibat kenaikan kasus.

Dilansir Bloomberg pada Selasa (12/1/2022), PDB global akan tumbuh 4,1 persen pada tahun ini, lebih kecil ketimbang proyeksi pada Juni sebesar 4,3 persen. Hal ini disampaikan pada laporan semi tahunan Global Economic Prospects pada Selasa.

Adapun pada 2023, output tahunan diperkirakan tetap di bawah tren sebelum pandemi di seluruh kawasan, termasuk negara berkembang dan negara berpendapatan rendah. Sementara itu di negara maju, kesenjangan diperkirakan akan tertutup.

"Ada perlambatan serius yang sedang berlangsung,” ujar Kepala Ekonom Prospects Group Ayhan Kose.

Menurutnya, ekonomi global pada dasarnya berada di dua jalur penerbangan yang berbeda, yakni ekonomi maju sedang terbang tinggi dan pasar berkembang agak terbang rendah dan tertinggal.

Presiden Grup Bank Dunia David Malpass mengatakan proyeksi global dikaburkan oleh ketidakpastian yang luar biasa.

Risiko penurunan termasuk wabah Covid-19 yang baru, kemungkinan ekspektasi inflasi terus berlanjut, dan tekanan keuangan dalam konteks besaran utang yang mencapai rekor, kata bank tersebut.

Dengan ruang kebijakan yang terbatas untuk memberi dukungan di negara berkembang, terdapat risiko mendarat dengan keras bagi ekonomi mereka, seperti dikutip dari laporan.

Malpass menggarisbawahi pentingnya penghapusan utang bagi negara-negara berkembang melalui Kerangka Bersama yang ditetapkan oleh Group 20 (G20), termasuk partisipasi penuh oleh China. Dia optimistis dengan berhati-hati bahwa dukungan tersebut bisa menjadi titik balik.

Malpass mencatat, negara miskin memiliki utang hingga US$35 miliar pada tahun ini. Lebih dari 40 persen utang kepada China.

Di sisi lain, negara-negara maju dengan tingkat vaksinasi yang tinggi dan dukungan fiskal yang cukup besar telah mampu meredam dampak ekonomi yang merugikan dari pandemi.

Lebih lanjut, World Bank memperkirakan perekonomian AS akan terpangkas pada tahun ini menjadi 3,7 persen dan mengurangi proyeksi ekspansi ekonomi China sebesar 0,3 persen menjadi 5,1 persen.

Eropa, Asia Tengah, Amerika Latin, dan Karibia akan menurun. Namun, ekonomi di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Sub Sahara Afrika akan bertumbuh di tengah pendapatan minyak yang lebih tinggi dari perkiraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper