Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom memperkirakan posisi cadangan devisa Indonesia masih berpotensi meningkat hingga US$146 miliar hingga akhir 2022.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan, prospek cadangan devisa pada tahun ini masih akan didorong oleh beberapa hal, salah satunya penarikan utang yang akan dilakukan pemerintah.
Pemerintah menargetkan dapat menarik utang pada kisaran Rp991 triliun untuk kebutuhan pembiayaan anggaran di tahun ini.
Penarikan utang tersebut kata Yusuf tidak sebesar pada 2021, disebabkan oleh asumsi posisi penerimaan negara yang akan relatif tinggi dibandingkan tahun lalu untuk membiayai sebagian pos belanja pemerintah.
“Sementara jika melihat prospek jatuh tempo utang, tahun 2022 diproyeksikan jatuh tempo utang relatif tinggi dibandingkan tahun lalu,” katanya kepada Bisnis, Jumat (7/1/2021).
Lebih lanjut, Yusuf perkirakan pertumbuhan ekspor pada 2022 juga masih berpotensi tumbuh, meski akan sedikit melandai dibandingkan 2021.
Baca Juga
Melandainya ekspor Indonesia disebabkan oleh beberapa harga komoditas yang juga mulai melandai pada tahun ini, misalnya batu bara dan minyak kelapa sawit.
“Atas dasar beberapa faktor di atas saya kira cadangan devisa di tahun ini akan berada di kisaran US$144 hingga US$146 miliar,” jelasnya.
Pada Desember 2021, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia tetap tinggi, sebesar US$144,9 miliar pada Desember 2021.
Namun, posisi tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2021 sebesar US$145,9 miliar, dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
BI menyebut, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,0 bulan impor atau 7,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Posisi ini pun berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.