Bisnis.com, JAKARTA - Tidak lebih dari seperlima (1/5) dari perusahaan besar di Jepang bersedia menaikkan gaji seperti yang ditargetkan oleh Perdana Menteri Fumio Kishida guna mendorong perusahaan mendistribusikan pendapatan lebih besar.
Hal ini sesuai dengan survei yang dilakukan Nikkei kepada perusahaan besar. Hasil survei menunjukkan, hanya 18 persen kepala eksekutif yang berniat meningkatkan gaji hingga 3 persen atau lebih pada negosiasi tenaga kerja musim semi mendatang.
Sekitar 43 persen perusahaan mengatakan mereka akan menaikkan gaji sebesar 2 - 3 persen, sementara sekitar 10 persen perusahaan mengatakan mereka tidak akan menaikkan gaji sama sekali.
Dari 140 CEO yang disurvei, hanya 61 responden yang memberikan jawaban spesifik terkait dengan perencanaan gaji.
Kishida telah membuat kenaikan upah sebagai kebijakan kunci pada administrasinya. Dia telah menyesuaikan aturan pajak untuk mendukung perusahaan yang menaikkan gaji, dan berjanji untuk meningkatkan gaji pekerja taman kanak-kanak dan pengasuh untuk orang tua sebesar 9.000 yen (US$78) per bulan.
Kebijakan ini juga akan menguji kepatuhan perusahaan terhadap gaya kapitalisme yang lebih berwawasan dan egaliter di Jepang yang diterapkan Kishida.
Kendati demikian, masih ada sinyal bahwa pelaku usaha akan mendengarkan seruan Kishida. Seiji Nakata, Kepala Eksekutif Daiwa Securities Group Inc., mengatakan kepada Bloomberg bulan ini bahwa perusahaan sedang mempertimbangkan untuk menaikkan gaji pokok dan pembayaran satu kali, tidak termasuk bonus, rata-rata 3 persen atau lebih mulai April.