Bisnis.com, JAKARTA – Proyek pengembangan pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara di China diperkirakan berdampak pada peningkatan ekspor komoditas emas hitam RI ke negara tersebut.
China telah menyelesaikan pembangunan PLTU berbasis batu bara dengan kapasitas 1.000 megawatt (MW). Langkah ini diambil Beijing di tengah upaya dunia menekan emisi gas rumah kaca.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources (BUMI) Dileep Srivastava mengatakan bahwa proyek tersebut mengindikasikan impor batu bara akan terus dilakukan oleh negara tersebut.
"Mereka kemungkinan akan terus mengimpor batu bara mendekati level sebelumnya [tahun ini] dan melanjutkan lifting dari Indonesia," katanya kepada Bisnis, Jumat (31/12/2021).
Selain itu, ketegangan antara China dan Australia juga berdampak positif pada permintaan batu bara ke Negeri Tirai Bambu. Alhasil, negara itu masih menghentikan impor dari Australia dan beralih ke Indonesia.
Langkah ini juga diambil Presiden Xi Jinping seiring dengan kekhawatiran negara itu pada keamanan pasokan energi sekaligus cuaca yang tidak terduga. Kondisi ini disebut dapat mempengaruhi produksi domestik di negara itu.
Baca Juga
"Sayangnya, energi terbarukan terbukti tidak dapat diandalkan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Tetapi permintaan listrik mereka meningkat, pertumbuhan pasca pandemi dapat mendorong permintaan batu bara lebih jauh," terangnya.
Dilansir Powermag, The Guodian Power Shanghaimiao Corp, bagian dari China Energy Investment Corp milik negara mengatakan Unit 1 dari pabrik Shanghaimiao sedang online setelah periode pengujian 168 jam.
Fasilitas tersebut merupakan pembangkit listrik tenaga batu bara terbesar yang saat ini sedang dibangun di China. Shanghaimiao terletak di Ordos dan berlokasi di daerah dengan cadangan batu bara signifikan. Pembangkit ini akan mengirimkan listrik ke provinsi Shandong melalui jaringan tegangan ultra-tinggi jarak jauh.
China telah berjanji untuk mengurangi pembangkit listrik tenaga batu bara sebagai bagian dari rencana untuk menjadi netral karbon pada 2060.
"Namun, pemerintah telah mengatakan rencana pengurangan tidak akan dimulai sampai setelah tahun 2025. Negara tersebut berencana untuk menambah pembangkit listrik tenaga batu bara yang signifikan," tulis laman itu dikutip, Jumat (31/12/2021).
Head of Indonesian Mining & Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo melihat adanya proyeksi impor batu bara dari China, India dan Asia Tenggara dan sebagian besar pasar tradisional Indonesia meningkat sekitar 42 juta ton pada 2022.
Sementara itu, Kementerian ESDM memperkirakan rencana produksi tahun depan menjadi 637 juta ton - 664 juta ton pada 2022. Angka ini naik dari target tahun ini 625 juta ton meski realisasi hingga saat ini belum sesuai rencana.
"Dan kalau target produksi tahun ini sebesar 625 juta, bisa jadi tercapai 615 juta ton juta ton. Dengan target produksi sebesar 637 - 664 juta ton berarti ada kenaikan 12 - 39 juta ton," katanya kepada Bisnis, Selasa (21/12/2021).