Bisnis.com, JAKARTA - China telah mendistribusikan uang tunai kepada perbankan hingga 200 miliar yuan (US$31 miliar) dalam 2 bulan terakhir, mengikuti kebutuhan likuiditas yang naik pada akhir tahun.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (28/12/2021), Bank Rakyat China (PBOC) telah menyuntikkan uang tunai melalui perjanjian seven day reverse repo, yakni pinjaman jangka pendek yang digunakan untuk meningkatkan likuiditas.
Angka tersebut lebih dari cukup untuk mengimbangi pinjaman 10 miliar yuan yang akan jatuh tempo pada hari yang sama.
Langkah itu dilakukan setelah indikator untuk biaya pinjaman jangka pendek melonjak di level tertinggi selama satu tahun pada Senin, yang merupakan sinyal adanya kekurangan likuiditas di pasar antar bank.
"Besarnya jumlah suntikan akan membantu mengurangi tekanan likuiditas. Hal ini diperlukan untuk membantu lembaga keuangan bergerak melewati akhir tahun dengan lancar," kata Ahli Strategi Senior Australia & New Zealand Banking Group Ltd., Zhaopeng Xing,
Likuiditas China cenderung semakin ketat menuju akhir tahun seiring dengan penimbunan uang oleh bank untuk mempersiapkan pemeriksaan peraturan.
Baca Juga
Belum lama ini, PBOC telah memangkas syarat rasio cadangan minimum atau reserve-requirement ratio (RRR) pada awal bulan ini guna menjaga kecukupan pasokan uang tunai dan mendukung pemulihan ekonomi dari pandemi.
7 Day Repo Rate turun 18 basis poin menjadi 2,23 persen pada pukul 10.08 waktu Beijing, setelah naik 52 basis poin pada Senin. Biaya pada kontrak dengan tenor yang sama di pasar bursa memperpanjang lonjakannya di sesi sebelumnya hingga naik empat basis poin menjadi 5,3 persen pada Selasa.