Bisnis.com, JAKARTA – The Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) mencatat rencana dan realisasi investasi sejumlah produsen baja nasional dengan total nilai mencapai Rp215 triliun.
Ketua Klaster Produk Flat IISIA Melati Sarnita mengatakan bahwa investasi baru tersebut diarahkan untuk mengisi kekurangan kapasitas dengan membandingkan tingkat konsumsinya.
Dia menerangkan, produsen cold rolled coil/sheet (CRC/S) yang merencanakan penambahan fasilitas produksi, antara lain PT Krakatau Steel-Posco dengan penambahan kapasitas cold rolling mill (CRM) sebesar 1,2 juta ton per tahun.
Selain itu, PT AM/NS Indonesia dengan penambahan kapasitas CRM sebesar 500.000 ton per tahun, PT Sunrise Steel menambah kapasitas reversing mill 200.000 ton per tahun, dan PT New Asia International meningkatkan kapasitas CRM 800.000 ton per tahun.
“Bila dihitung secara total, nilai investasi yang sudah ditanamkan dan rencanakan di industri baja mencapai sebesar US$15,2 miliar atau setara Rp215 triliun, yang terdiri dari baja karbon [carbon steel] sebesar US$12 miliar atau setara Rp170 triliun, dan baja nirkarat [stainless steel] sebesar US$3,2 miliar atau setara Rp45 triliun,” kata Melati, dalam keterangannya, Jumat (24/12/2021).
Dia melanjutkan, besarnya investasi yang telah dikeluarkan industri baja perlu didukung oleh pemerintah melalui pengendalian impor, dan kebijakan yang terintegrasi.
Baca Juga
Melati juga menggarisbawahi utilisasi produksi industri yang masih rendah, meski investasi terus mengalir.
“Kami sangat berharap barang impor itu bisa dikendalikan agar produk kami bisa optimal di pasar domestik, selain juga dapat mendukung program pemerintah untuk substitusi impor dan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri [P3DN],” imbuhnya.
Utilisasi industri baja nasional diperkirakan berada di angka 52 persen pada tahun ini. Ketua Umum IISIA Silmy Karim sebelumnya mengatakan bahwa target utilisasi produksi pada tahun depan sebesar 80 persen. Hal itu untuk menyamai utilisasi industri baja di negara-negara maju.