Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Varian Omicron Merebak, Ini yang Jadi Perhatian ALFI

Merebaknya varian Omicron telah memberikan ketidakpastian bagi pelaku logistik global dalam menghadapi tahun mendatang.
Sejumlah truk membawa muatan peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2/2020)./ ANTARA - M Risyal Hidayat
Sejumlah truk membawa muatan peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2/2020)./ ANTARA - M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Sekjen Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Djohan mengatakan merebaknya varian Omicron telah memberikan ketidakpastian bagi pelaku logistik global dalam menghadapi tahun mendatang.

Akbar menyampaikan kekhawatiran utama para pelaku usaha logistik terhadap varian Omicron ini adalah potensinya yang bisa memicu lonjakan tarif ocean freight. Alhasil, para pelaku industri berharap ada kepastian suplai ruang kapal dan kontainer dalam negeri atau domestik pada tahun depan. 

Kedua hal tersebut penting untuk menjaga ketersediaan komoditas nasional yang mayoritas pengirimannya melalui jalur laut.  

"Ini yang perlu diwaspadai stakeholder nasional dan kementerian terkait jangan sampai terjadi kenaikan biaya kapal dan kontainer. Sehingga justru bisa menaikkan harga komoditas tersebut," ujarnya, Kamis (23/12/2021).

Dia optimistis dengan adanya kepastian ketersedian kapal dan kontainer dalam negeri, maka akan berimbas kepada kepastian harga dan ketahanan rantai pasok komoditas strategis essensial dan penting.

Akbar menuturkan ketersediaan kontainer sangat bergantung kepada jenis dan sektor industrinya. Misalnya untuk industri manufaktur, baja, furnitur, makanan, minuman, serta tekstil, lazimnya telah melakukan perencanaan secara jangka panjang dalam pengiriman.

Pengiriman mereka sudah terjadwal dan memiliki kontrak jangka panjang dengan penyedia jasa logistik dan pelayaran supaya bisa mengalokasikan jumlah kontainer sesuai dengan kebutuhannya.

Kondisi berbeda dihadapi oleh UMKM yang tak memiliki kontrak panjang dengan pasar internasional. Hal ini juga menjadi tantangan bagi UMKM untuk bisa berproduksi memenuhi ekspor atau menenuhi target pembeli di luar negeri. 

"Terkait dengan UMKM ini, sebagai penyedia logistik memberikan edukasi dan mendorong umkm bersama sama melakukan kolaborasi sehingga barang-barang tersebut bisa dikonsolidasikan di pelebuhan tertentu yang sudah mencukupi target mininum shipping line," imbuhnya.

Dengan demikian, tak ada pihak yang dirugikan. Pihak pelayaran mampu mencapai titik impas jumlah muatan sedangkan  pemilik UMKM juga tetap bisa mengangkut barangnya dengan harga wajar. 

"Ada keseimbangan pemilik kargo serta shipping line dan buyer overseas. Upaya-upaya tersebut untuk mempertahankan kontribusi di tengah ancaman omicron," jelasnya.

Di sisi lain, pelaku juga mengkhawatirkan dampak ke depan jika terjadi lockdown di beberapa negara, terutama negara tujuan ekspor seperti China.

Menurutnya, apabila pelabuhan besar tersebut berhenti operasi, antrean kapal di luar pelabuhan harus menunggu agar pelabuhan dibuka. Kondisi tersebut jelas mengakibatkan adanya kongesti yang terus berulang layaknya lingkaran setan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper