Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mendag: Surplus Perdagangan Bisa Tembus US$37 Miliar pada 2021

Mendag Muhammad Lutfi memperkirakan surplus perdagangan bisa tembus US$37 miliar dengan industri pengolahan menjadi andalan.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi (dalam layar) memberikan pemaparan dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2021: Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus, Relaksasi dan Vaksinasi di Jakarta, Rabu (7/7/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi (dalam layar) memberikan pemaparan dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2021: Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus, Relaksasi dan Vaksinasi di Jakarta, Rabu (7/7/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memperkirakan surplus perdagangan luar negeri pada 2021 menembus US$37 miliar, melanjutkan tren yang telah tercapai dalam 19 bulan terakhir.

Dia mengatakan industri manufaktur telah menopang neraca perdagangan dan menekan defisit yang dialami Indonesia sebelum pandemi.

Sampai November 2021, total nilai ekspor telah menembus US$209,16 miliar dan menjadi yang tertinggi dalam sejarah. Nilai ini juga melampaui rekor ekspor pada 2011 yang kala itu mencapai US$203 miliar.

Di sisi lain, total impor Indonesia pada periode yang sama mencapai US$174,8 miliar. Nilai ekspor yang lebih besar menempatkan neraca dagang pada posisi surplus US$34,32 miliar setelah pada November 2021 Indonesia kembali mencetak surplus US$3,51 miliar.

"Bisa dibayangkan, kalau ini konsisten di Desember seperti 11 bulan pertama artinya ekspor Indonesia akan menembus angka US$230 miliar. Kita mungkin tetap defisit neraca migas, tetapi surplus nonmigas kita lebih dari US$45 miliar. Saya berkeyakinan bahwa surplus kita tahun ini akan mencapai setidaknya US$37 miliar," kata Lutfi saat melepas ekspor di kawasan industri Karawang, Jawa Barat, Kamis (23/12/2021).

Lutfi menjelaskan kinerja positif ini menjadi penanda evolusi ekspor Indonesia. Dari 5 produk penyumbang ekspor terbesar, Lutfi mengatakan 4 di antaranya merupakan produk industri pengolahan yakni produk minyak sawit, besi dan baja, otomotif, dan elektronik.

"Ini berbeda dengan 2011 ketika penyumbang utama saat itu berasal dari produk berbasis komoditas seperti karet, bijih logam, dan batu bara," katanya.

Lutfi memaparkan ekspor industri pengolahan telah menyumbang 76,51 persen dari total ekspor. Ke depannya, lanjut Lutfi, Indonesia perlu memastikan industri pengolahan tak hanya bertumpu pada komoditas mentah.

"Perlu dipastikan industri pengolahan ini tidak tergantung komoditas sangat. Kita lihat dengan investasi-investasi dan penghiliran di pertambangan dan pertanian akan menimbulkan pertumbuhan yang luar biasa," kata Lutfi.

Terlepas dari optimisme terhadap kontribusi industri pengolahan, Lutfi mengatakan terdapat sejumlah tantangan perdagangan yang harus diantisipasi Indonesia.

Pertama, tantangan fiskal dari negara-negara tujuan ekspor yang mulai menaikkan tingkat suku bunga seiring dengan membaiknya ekonomi.

"Amerika serikat diprediksi akan menaikkan setidaknya tiga kali daripada suku bunga di masa yang akan datang. Ini akan mengganggu perdagangan," katanya.

Lutfi juga mengantisipasi risiko krisis energi di Indonesia, sebagaimana terjadi di India dan China. Kenaikan harga batu bara tercatat memaksa industri di negara-negara tersebut memangkas produksi.

"Lalu krisis logistik yang berlanjut. Namun diperkirakan bisa terurai lebih cepat karena pelabuhan-pelabuhan di Amerika Serikat mulai normal beroperasi. Mereka juga berkomitmen segera mengurai kongesti," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper