Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Omicron Masuk Indonesia, Ekonom: Dampaknya Terbatas ke Pertumbuhan Ekonomi

Langkah mitigasi berupa pengetatan kunjungan dari luar negeri, bisa membatasi dampak merebaknya varian Omicron terhadap perekonomian di Indonesia.
Omicron/ucla.org
Omicron/ucla.org

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia telah mengumumkan beberapa kasus pertama positif Covid-19 oleh varian Omicron yang pertama ditemukan di Afrika Selatan. Berbagai respon kebijakan telah dilakukan salah satunya dengan melarang kedatangan WNA dari 11 negara yang mengalami perkembangan kasus tinggi akibat varian baru tersebut.

Respon tersebut dinilai Ekonom Bank Permata Josua Pardede bisa membatasi dampak merebaknya varian Omicron terhadap perekonomian di Indonesia. Menurutnya, mitigasi pengetatan kunjungan dari luar negeri penting untuk dilakukan meskipun belum ada pengetatan kegiatan masyarakat secara domestik hingga saat ini.

"Varian Omicron diperkirakan mempunyai dampak yang sangat terbatas pada pertumbuhan ekonomi di 4Q21," jelasnya kepada Bisnis, Senin (20/12/2021).

Pada tahun depan, Josua memperkirakan Indonesia bisa mencetak pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi. Dia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2022 berada di kisaran 4,75 persen sampai dengan 5,25 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Pertumbuhan tersebut didorong oleh perbaikan aktivitas ekonomi Indonesia, sehingga pertumbuhan tahun depan akan cenderung mendekati level sebelum masa pandemi. Dengan pemulihan yang berlangsung tahun ini, Josua memperkirakan low-based effect yang terjadi pada kuartal II/2021 lalu tidak akan terulang kembali.

Pertumbuhan ekonomi tahun depan akan didorong oleh pertumbuhan investasi serta konsumsi rumah tangga. Menurut Josua, pertumbuhan investasi dipengaruhi oleh semakin menariknya penanaman modal di tanah air sejalan dengan kembalinya kegiatan ekonomi mendekati kondisi sebelum pandemi.

"Peningkatan dari sisi investasi kemudian akan mendorong pembukaan lapangan pekerjaan, sehingga pasar tenaga kerja Indonesia semakin membaik. Alhasil, daya beli masyarakat juga ikut terdorong naik," jelasnya.

Di sisi lain, Josua memperkirakan net ekspor yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di 2021, akan cenderung turun. Penurunan terjadi seiring dengan kenaikan impor akibat kebutuhan manufaktur yang tinggi, serta diikuti oleh normalisasi harga komoditas global.

"Hambatan dari sisi net ekspor ini yang menjadi salah satu tantangan dalam pertumbuhan ekonomi di tahun 2022," terangnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper