Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja ekspor Indonesia pada November 2021 diproyeksikan tumbuh sebesar 34,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang mencapai 53,4 persen yoy. Secara bulanan, kinerja ekspor Indonesia diperkirakan turun -6,5 persen (month-to-month/mtm).
Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana mengatakan penurunan tersebut didorong oleh penurunan harga komoditas batu bara dan CPO pada November 2021.
Harga CPO turun sebesar 11 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Harga batu bara pun turun sebesar 37 persen secara bulanan.
Menurutnya, terkoreksinya harga tersebut dipengaruhi oleh intervensi pemerintah China di pasar batu bara, serta munculnya varian omicron pada akhir November.
“Namun demikian, tingkat harga [CPO dan batu bara] masih lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu,’ katanya kepada Bisnis, Selasa (14/12/2021).
Baca Juga
Di sisi lain, Wisnu memperkirakan kinerja impor meningkat 30,6 persen secara tahunan, juga lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 51,1 persen yoy.
Perkembangan tersebut tercermin dari PMI manufaktur yang melanjutkan tren ekspansif di level 53,9, meskipun sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya.
Di samping itu, inflasi inti meningkat menjadi 1,45 persen pada November 2021, dari 1,33 persen pada bulan sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan peningkatan permintaan domestik.
“Impor bahan baku dan barang konsumsi diperkirakan akan meningkat di tengah tingginya permintaan pada momentum natal dan tahun baru,” jelasnya.
Secara keseluruhan, Wisnu memperkirakan surplus neraca dagang menyusut menjadi US$4,1 miliar pada November 2021, dari posisi US$5,7 miliar pada Oktober 2021.