Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pangkas Biaya PCR, RS Swasta Gaet Kemenkes Antisipasi Omnicron

Rumah sakit swasta bakal berkoordinasi dengan laboratorium jejaring pemeriksa Covid-19 untuk menjaga kualitas deteksi Covid-19 di tengah merebaknya varian Omnicron di sejumlah negara. 
Tenaga kesehatan mendorong brankar dari ruangan bekas isolasi pasien Covid-19 di Rumah Sakit Aisyiyah, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (26/8/2021). Rumah sakit setempat menutup ruang isolasi untuk pasien Covid-19 menyusul turunnya angka kasus Covid-19 di wilayah itu, sementara jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 per 26/8/2021 sebanyak 29 orang, lima orang diantaranya dirawat dan 24 orang isolasi mandiri./Antara
Tenaga kesehatan mendorong brankar dari ruangan bekas isolasi pasien Covid-19 di Rumah Sakit Aisyiyah, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (26/8/2021). Rumah sakit setempat menutup ruang isolasi untuk pasien Covid-19 menyusul turunnya angka kasus Covid-19 di wilayah itu, sementara jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 per 26/8/2021 sebanyak 29 orang, lima orang diantaranya dirawat dan 24 orang isolasi mandiri./Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) tengah bekerjasama dengan jejaring laboratorium pemeriksa Covid-19 milik Kementerian Kesehatan untuk mengidentifikasi potensi kasus Covid-19 varian B.1.1.529 atau Omicron.

Sekretaris Jenderal ARSSI Ichsan Hanafi mengatakan langkah itu diambil lantaran rumah sakit swasta terkendala ihwal pengadaan alat tes usap Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dipatok di kisaran Rp275.000 hingga Rp300.000. Saat ini, kata Ichsan, rumah sakit swasta tengah menekan biaya pokok produksi pelayanan jasa tes usap tersebut. 

“Karena penyesuaian harga, kita juga berusaha mencari bahan-bahannya yang bisa menyesuaikan sehingga kita bisa lebih ekonomis lagi. Artinya agak berat sebelumnya dengan tarif HET seperti itu,” kata Ichsan melalui sambungan telepon, Minggu (5/12/2021). 

Dengan demikian, dia mengatakan rumah sakit swasta bakal berkoordinasi dengan laboratorium jejaring pemeriksa Covid-19 untuk menjaga kualitas deteksi Covid-19 di tengah merebaknya varian Omnicron di sejumlah negara. 

“Untuk Omnicron ini kita harus bekerjasama dengan laboratorium kesehatannya Kemenkes, kelihatannya kita belum bisa ya. Kami di rumah sakit swasta hanya melihat di gejala klinisnya saja,” kata dia. 

Ihwal upaya antisipasi sebaran varian Omnicron, dia menambahkan rumah sakit swasta bakal merujuk pasien bergejala ke laboratorium jejaring milik kementerian kesehatan.

Seperti diberitakan sebelumnya Gabungan Perusahaan Alat-Alat Kesehatan & Laboratorium (Gakeslab) mengatakan mayoritas alat tes usap Polymerase Chain Reaction (PCR) yang beredar di tengah masyarakat memiliki teknologi yang rendah. 

Sekretaris Jenderal Gakeslab Randy Teguh mengatakan hal itu terjadi lantaran rumah sakit dan laboratorium melakukan penyesuaian harga setelah kebijakan harga eceran tertinggi atau HET alat tes usap PCR yang dipatok di kisaran Rp275.000 hingga Rp300.000 akhir Oktober lalu. 

Randy mengkhawatirkan rendahnya kualifikasi tes usap PCR itu bakal berdampak serius pada akurasi pemeriksaan kontak erat Covid-19 menyusul varian B.1.1.529 atau Omicron. Akan tetapi, Randy memastikan, akurasi alat tes usap itu mesti disimpulkan setelah adanya post-marketing surveillance atas produk-produk yang beredar di tengah masyarakat saat ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper