Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tingkatkan Efisiensi, Pupuk Indonesia Ekspansi Pabrik

Inefisiensi pabrik menjadi faktor yang menghambat produktivitas perseroan sehingga langkah revitalisasi perlu dilakukan.  
Gudang Pupuk. /Pupuk Indonesia
Gudang Pupuk. /Pupuk Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – PT Pupuk Indonesia (Persero) melalui sejumlah anak usahanya berencana melakukan ekspansi pabrik untuk meningkatkan efisiensi produksi.

Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto menjelaskan sejumlah rencana ekspansi tersebut antara lain, pembangunan pabrik Pupuk Sriwijaya 3B di Palembang, pabrik urea, amoniak, dan metanol di Papua Barat. Selain itu, di Papua Barat juga akan dibangun pabrik pupuk untuk memanfaatkan potensi gas alamnya.

"Untuk [pabrik] Pusri 3B akan kami laksanakan dalam waktu dekat, persiapannya intensif sedang kami lakukan," kata Nugroho dalam sebuah siaran langsung, Kamis (2/12/2021).

Dia melanjutkan pembangunan pabrik Pusri 3B merupakan penggantian dari pabrik Pusri 3 dan 4 yang kondisinya sudah tua dan tidak efisien. Revitalisasi ini, lanjut Nugroho, juga telah dilakukan oleh anak usaha lain seperti Petrokimia Gresik dan Pupuk Kaltim.

Inefisiensi pabrik diakui Nugroho menjadi faktor yang menghambat produktivitas perseroan sehingga langkah revitalisasi perlu dilakukan.  

Sementara itu, realisasi produksi sampai dengan September 2021 mencapai 14,7 juta ton, terdiri atas 9,19 juta ton pupuk, 4,69 juta ton amoniak, dan produk lainnya 0,83 juta. Pada tahun lalu, Pupuk Indonesia membukukan kinerja produksi 12,26 juta ton pupuk, dan produk non pupuk sebesar 7,11 juta ton.

Nugroho mengatakan kapasitas terpasang Pupuk Indonesia mencapai 14 juta ton per tahun. Adapun total kebutuhan pupuk bersubsidi secara nasional berada di kisaran 24 juta ton per tahun.

Dari angka tersebut, yang wajib disuplai oleh Pupuk Indonesia sebesar 9,04 juta ton untuk tahun ini. Dengan demikian, ada kesenjangan yang lebar antara total kebutuhan dan kapasitas pemenuhan. Kendalanya, lanjut Nugroho, ketersediaan anggaran untuk pupuk bersubsidi yang terbatas.

Sementara itu serapannya sampai dengan November 2021 baru berkisar 80,7 persen. Nugroho mengatakan kendala serapan pupuk bersubsidi bersumber pada penurunan daya beli petani dan permasalahan distribusi.

Namun, musim tanam yang berlangsung mulai Oktober hingga Maret, ditengarai mampu meningkatkan serapan pupuk bersubsidi. "Biasanya serapan pupuk akan mengalami peningkatan selama musim tanam," katanya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper