Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia dinilai masih belum menarik sebagai tempat berinvestasi bagi perusahaan minyak dan gas bumi raksasa. Iklim investasi yang kurang mendukung ditengarai sebagai penyebab sulitnya investor masuk.
Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan, untuk menarik kembali perusahaan migas yang telah keluar dari Indonesia akan menjadi cukup sulit, terlebih ditemukannya cadangan-cadangan besar baru di daerah Mediterania dan Guyana.
Kendati Indonesia menawarkan lapangan-lapangan minyak skala besar, namun kemudahan investasi akan menjadi pertimbangan lain bagi perusahaan besar.
“Selain dari sisi fiskalnya mungkin, lebih ke kepastian hukum, isu nasionalisasi, lokasi cadangan yang makin sulit, dari onshore ke offshore, dari barat ke timur di mana infrastruktur belum memadai, dan isu-isu non-teknis lainnya,” katanya kepada Bisnis, Senin (29/11/2021).
Seperti diketahui, pemerintah telah memulai lelang tahap II tahun ini dengan menawarkan delapan wilayah kerja (WK) migas, yang terdiri atas satu WK eksploitasi melalui mekanisme penawaran langsung, tiga WK eksplorasi melalui mekanisme penawaran langsung, dan empat WK eksplorasi melalui mekanisme lelang reguler.
WK eksploitasi yang ditawarkan langsung adalah WK Bertak Pijar Puyuh; tiga WK eksplorasi penawaran langsung, yaitu WK North Ketapang, WK Agung I dan WK Agung II; sedangkan empat WK eksplorasi yang ditawarkan melalui lelang reguler adalah WK West Palmerah, WK Paus, KW Maratua II, WK Karaeng.
Baca Juga
Dalam lelang WK migas tahap II 2021, pemerintah telah memberikan sejumlah kebijakan yang dinilai akan memperbaiki iklim investasi di sektor migas, seperti memperbaiki profit split kontraktor dengan mempertimbangkan faktor risiko wilayah kerja, bonus tanda tangan terbuka untuk ditawar, first tranche petroleum (FTP) menjadi 10 persen shareable, dan penerapan harga domestic market obligation (DMO) 100 persen selama kontrak.
Moshe menilai insentif yang diberikan pemerintah tidak serta merta akan menarik minat investor untuk mengikuti lelang. Pasalnya, perusahaan migas memiliki kriteria yang berbeda-beda dalam memilih portofolio bisnisnya.
“Kami melihat bahwa Pemerintah sudah berusaha untuk memberikan berbagai insentif, namun apakah itu cukup menarik bagi investor? Sekali lagi, kita lihat saja. Saran saya adalah pemerintah harus sering melakukan benchmarking terhadap negara-negara lainnya. Kita bersaing di arena global untuk menarik investasi,” jelasnya.