Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Punya Potensi Banyak Ladang Migas, Luhut Harap Bisa Pacu Produksi

Setiap tahun Indonesia mengimpor minyak dengan nilai mencapai US$20 miliar, dan gas senilai US$2,5 miliar yang berdampak negatif terhadap defisit transaksi berjalan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara The 2nd International Convention and Indonesian Upstream Oil and Gas 2021 di Bali./Aprianus Doni Tolok
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara The 2nd International Convention and Indonesian Upstream Oil and Gas 2021 di Bali./Aprianus Doni Tolok

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa selama beberapa dekade sektor minyak dan gas atau migas menjadi penyumbang pendapatan utama bagi Indonesia.

Namun, setiap tahun Indonesia mengimpor minyak dengan nilai mencapai US$20 miliar, dan gas senilai US$2,5 miliar yang berdampak negatif terhadap defisit transaksi berjalan.

“Indonesia memiliki kebutuhan harian minyak 1,4 juta barel, sedangkan Indonesia hanya bisa memproduksi 700.000 barel per hari. Artinya, kita hanya bisa memenuhi setengah dari kebutuhan dalam negeri,” katanya dalam acara IOG 2021, di Bali Nusa Dua Convention Center, Badung, Bali, Senin (29/11/2021).

Luhut melanjutkan Indonesia mempunyai potensi sumber daya energi dan mineral yang tinggi karena secara geologis berada di lempeng tektonik. Alhasil, daerah potensial untuk cadangan minyak dan gas dapat ditemukan di banyak tempat.

“Ladang-ladang [migas] yang ditemukan diperkirakan hanya mewakili sebagian kecil dari total potensi kita. Oleh karena itu, penemuan lapangan baru masih sangat mungkin,” ujarnya.

Secara paralel, kata Luhut, pemerintah akan meningkatkan produksi lapangan saat ini melalui berbagai inisiatif, salah satunya melalui metode Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk memperpanjang umur produktivitas, terutama di lapangan lama.

“EOR juga dapat dikombinasikan dengan teknologi Carbon Capture, Utilisation, and Storage [CCUS]. Ini dapat mengurangi emisi CO2 dan meningkatkan pemulihan minyak di ladang minyak yang habis,” imbuhnya.

Meskipun demikian, Luhut menilai Indonesia perlu mempelajari dengan cermat teknologi CCUS dan dampaknya dalam jangka panjang.

Selain itu, dia juga menegaskan bahwa Indonesia tetap pada komitmennya untuk mendukung pengurangan emisi karbon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper