Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Proyek Molor yang Bikin Jokowi Marah ke Bos Pertamina

Baru-baru ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung PT Pertamina (Persero) soal proyek kilang yang tak kunjung diselesaikan. Padahal, proyek itu dinilai bisa menyelesaikan masalah impor Indonesia yang masih terjadi.
TPPI Tuban./Istimewa
TPPI Tuban./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Baru-baru ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung PT Pertamina (Persero) soal proyek kilang yang tak kunjung diselesaikan. Padahal, proyek itu dinilai bisa menyelesaikan masalah impor Indonesia yang masih terjadi.

Presiden Jokowi menyoroti proyek pengolahan petrokimia kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) yang tak kunjung rampung. Padahal, Jokowi menilai proyek itu dapat menyelesaikan masalah impor produk petrokimia yang selama ini banyak dibutuhkan di dalam negeri.

Proyek dengan investasi US$3,8 miliar itu bahkan disebut telah molor sejak Jokowi menjadi presiden pada periode pertamanya, yakni 2014. Sejak saat itu, proyek itu terus mendapatkan perhatiannya dengan harapan bisa segera diselesaikan.

“Saya dilantik, saya langsung ke TPPI. Setelah saya dilantik 2014 saya langsung ke TPPI, karena saya tahu kalau barang ini bisa jalan, itu bisa menyelesaikan banyak hal. Itu barang substitusi impor ada di situ semuanya. Turunan dari ini banyak sekali petrokimia-petrokimia ada di situ,” ujar Jokowi saat pengarahan kepada Komisaris dan Direksi Pertamina, serta PLN seperti dikutip dari akun Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (24/11/2021).

Jokowi menambahkan, negara menaruh harapan besar pada proyek Kilang Petrokimia TPPI untuk bisa menekan impor yang nantinya berujung pada membaiknya neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan Indonesia. Menurutnya, banyak produk olahan yang bisa dihasilkan dari proyek itu.

Kementerian Perindustrian mencatat, kebutuhan domestik para-xylene mencapai 1 juta ton per tahun, sedangkan pemasok dari dalam negeri selain TPPI adalah Kilang RU IV Pertamina yang mempunyai kapasitas produksi sekitar 200.000 ton per tahun.

Bersama dengan produksi paraxylene Pertamina sebesar 220.000 ton per tahun, total produksi paraxylene dalam negeri menjadi 500.000 ton per tahun.

“TPPI sudah turunannya segitu banyaknya, saya geleng-geleng betul barang kaya gini enggak cepat-cepat dijalankan. Kalau saya, 24 jam penuh saya kerjain agar ini segera jalan, dan Pertamina dapat keuntungan dari situ, negara dapat keuntungan dari subtitusi impornya, kemudian neraca perdagangan kita baik, neraca transaksi berjalan kita menjadi baik,” ujar Jokowi.

Presiden Jokowi memang telah lama menaruh perhatiannya kepada proyek kilang TPPI, salah satunya dengan memberikan arahan untuk penyerahan kilang TPPI di bawah kendali Pertamina. Alasannya, sebagai salah satu kilang terbesar di Indonesia, kilang tersebut diharapkan dapat dikelola secara terintegrasi.

Sebagai pengolahan Petrokimia, kilang TPPI berpotensi menghasilkan produk aromatik, baik para-xylene, ortho-xylene, bensin, toluene, dan heavy aromatic. Selain itu, kilang tersebut juga dapat menghasilkan bahan bakar minyak (BBM), seperti Premium, Pertamax, Elpiji, Solar, dan kerosene.

Presiden juga menilai pengelolaan kilang TPPI di bawah Pertamina dengan mengoptimasi kawasan kilang TPPI akan berpotensi menciptakan penghematan devisa negara hingga US$4,9 miliar atau sekitar Rp56 triliun.

Pengelolaan kawasan pabrik Petrokimia TPPI akan berkontribusi menciptakan ketahanan energi melalui substitusi produk petrokimia impor. Hal tersebut memiliki nilai penting dalam menghadapi tantangan negara Indonesia selama beberapa dekade terakhir.

TPPI saat ini tengah memproses pembangunan fasilitas produksi Olefin dan Aromatik, atau dikenal dengan Olefin Complex Development Project (OCDP) di kawasan kilang TPPI, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Di TPPI terdapat dua proyek pengembangan dan pembangunan yang saat ini sedang dilaksanakan Pertamina. Pertama, proyek revamping aromatic yang akan meningkatkan produksi petrokimia berupa Paraxylene dari 600.000 ton menjadi 780.000 ton per tahun yang ditargetkan selesai pada 2022.

Kedua, proyek new olefin yang mencakup pembangunan naphtha cracker, termasuk unit-unit downstream dengan produk polyethylene (PE) sebesar 1 juta ton per tahun, dan polypropylene (PP) 600.000 ton per tahun yang ditargetkan selesai pada 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper