Bisnis.com, JAKARTA - Para trader mata uang negara berkembang harus berhati-hati seiring menguatnya dolar AS dan kenaikan hasil Treasury AS yang dapat seketika menggerakkan nilai pada 2022.
Dilansir Bloomberg pada Senin (22/11/2021), dengan meningkatnya ekspektasi investor pada Federal Reserve dan bank sentral di negara berkembang lainnya untuk memperketat kebijakan.
Mata uang seperti real Brasil dan forint Hungaria telah terbebani oleh inflasi dan kekhawatiran politik bahkan setelah otoritas mendongkrak biaya pinjaman. Yuan China, dolar Taiwan, dan rubel Rusia termasuk di antara sedikit yang bertahan.
Namun, mata uang lainnya terimbas signifikan dan prospek perubahan dinamika global dapat mendorong investor untuk kembali, bahkan jika masih ada ketidakpastian di pasar negara berkembang.
Barclays Plc menyarankan kliennya untuk bertaruh pada mata uang Brasil, Rusia, Meksiko, dan Korea Selatan. Discovery Capital Management mengatakan dana lindung nilai senilai US$2,4 miliar saat ini lebih fokus pada peluang di Eropa timur.
"Kami memperkirakan peningkatan diferensiasi dalam aset EM [negara berkembang] seiring ekspansi matang, China melambat, dan stimulus mulai berkurang," tulis analis Barclays termasuk Christian Keller dalam sebuah catatan kepada klien pekan lalu.
Baca Juga
TD Securities menganggap bahwa pasar berjangka memperhitungkan terlalu banyak kelemahan untuk sejumlah mata uang seperti real, rupiah Indonesia dan rand Afrika Selatan.
"Dengan imbal hasil yang menyesuaikan lebih tinggi, dan melemahnya nilai tukar mata uang asing, ada kemungkinan bahwa pasar negara berkembang akan berada pada posisi yang lebih baik untuk kenaikan suku bunga The Fed," tulis ahli strategi TD termasuk Sacha Tihanyi dalam sebuah laporan pekan lalu. Namun, dia memperingatkan munculnya tekanan lebih lanjut pada 2022.
Sementara itu, TD menilai Amerika Latin akan menjadi wilayah yang paling berisiko dan Asia akan lebih kuat.
Namun, ahli strategi melihat adanya potensi bagi Brasil yang saat ini sedang dilanda ketidakpastian politik menjelang pemilu tahun depan. TD memprediksi real Brasil akan menguat hingga US$5 dari saat ini US$5,57.
Pendiri Discovery Capital Rob Citrone lebih berhati-hati tentang prospek Brasil dan Rusia. Menurutnya, real Brasil baru akan naik setelah pemilu selesai dan tetap melemah menjalang pesta demorkasi.
Sementara rubel Rusia didorong oleh lonjakan harga energi dan kenaikan suku bunga. Citrone mengatakan itu tidak sebanding dengan risiko geopolitik dan ketidakpastian yang akan dihadapinya.