Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi importir daging sapi memastikan stok yang saat ini dikelola para pengusaha dalam kondisi aman. Neraca sampai akhir tahun diproyeksi surplus.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) -Suhandri menyebutkan stok daging sapi impor di asosiasi mencapai 12.900 ton. Sementara volume yang disalurkan selama November dan Desember diperkirakan sekitar 2.000 sampai 2.100 ton.
“Stok kita dalam kondisi berlebihan kalau untuk daging sapi impor. Harga juga cenderung stabil dari negara pemasok,” kata Suhandri, Senin (18/11/2021).
Dia menyebutkan 60 persen pasokan daging sapi berasal dari Australia, yang juga memasok sapi bakalan untuk Indonesia. Terlepas dari kondisi harga sapi bakalan yang stabil tinggi, dia mengatakan harga daging sapi tidak naik signifikan.
“Pemesanan sudah dilakukan sebelum tren harga naik, sudah di-setting sehingga harga tak naik signifikan. Selain impor dari Australia ada juga sebagian dari Amerika Serikat dan Selandia Baru,” tambahnya.
Dia juga mengatakan permasalahan logistik global tidak mempengaruhi harga daging sapi impor. Pelaku usaha hanya merasakan beberapa penundaan dalam proses pengiriman akibat ketersediaan kontainer yang belum normal.
Ketika ditanyai mengenai rencana pemerintah menambah alokasi impor untuk beberapa BUMN, Suhandri menyatakan belum mendengar perkembangan terbaru. Dia hanya sempat mendengar ada penugasan tambahan untuk impor daging sapi oleh PT Berdikari (Persero).
“Terakhir saya dengar ada 10.000 ton alokasinya, tetapi untuk industri. Namun saya belum tahu kepastiannya seperti apa,” kata dia.
Sampai 11 November 2021, stok daging sapi nasional mencapai 45.540 ton. Dengan konsumsi rata-rata 40.620 ton per bulan, stok tersebut bisa memenuhi kebutuhan selama 1,1 bulan.