Bisnis.com, SURABAYA - Tren kenaikan inflasi global meningkatkan ketidakpastian pada pasar keuangan global seiring belum jelasnya apakah Federal Reserve akan mempercepat kenaikan suku bunga acuan.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, IGP Wira Kusuma pada acara Pelatihan Wartawan di Surabaya pada Sabtu (20/11/2021).
Menurutnya, ketidakpastian tercermin dari sejumlah fenomena global pada kuartal III/2021, seperti disrupsi pada rantai pasok global dan kelangkaan energi di sejumlah negara, termasuk China dan Eropa.
Sejumlah ekonom di Amerika Serikat bahkan belum satu suara terkait dengan tren inflasi di negaranya. "Apakah inflasi permanen atau temporer. Kalau dianggap permanen, maka fed funds rate akan naik lebih cepat. Ini menyebabkan ketidakpastian di pasar keuangan global," ujar Wira.
Perkembangan tersebut mengakibatkan terbatasnya aliran modal dan tekanan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Untuk itu, faktor seperti peningkatan penumpukan kapal di pelabuhan utama di dunia dan indeks biaya pengiriman (freight rate index) yang membuktikan kacaunya rantai pasok global patut diwaspadai untuk kinerja perekonomian ke depan.
Baca Juga
Dalam hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17-18 November telah diputuskan bahwa bank sentral mempertahankan BI 7-days reverse repo rate sebesar 3,5 persen guna menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan di tengah perkiraan inflasi rendah.
Sementara itu, data yang dilaporkan Bloomberg pada Jumat menunjukkan kemacetan lalu lintas pengapalan mulai mereda. Total lalu lintas di Shanghai-Ningbo turun 0,2 persen dari pekan sebelumnya dan jumlah kapal Hong Kong-Shenzhen turun 10,4 persen.
Adapun pelabuhan tersibuk ketiga di Asia, Singapura mencatatkan penurunan 14,7 persen selama sepekan terakhir karena kemacetan bongkar muat yang terlihat sejak awal November tampaknya bakal segera membaik.
Namun, antrean kapal tetap tinggi di Los Angeles dan Long Beach, California. Tingkat kemacetan di pelabuhan tersebut itu naik 6,7 persen dari pekan sebelumnya.
Hingga Jumat pagi, setidaknya 75 kapal kontainer sedang mengantre bongkar muat, meskipun mengklaim adanya penurunan antrean jumlah kontainer 32 persen selama lebih dari sembilan hari.