Bisnis.com, JAKARTA - Saham Visa Inc., anjlok dalam 3 pekan terakhir dan menyeret pesaingnya, Mastercard Inc., setelah Amazon Inc, menyatakan akan menghentikan pembayaran menggunakan Visa di Inggris pada tahun depan.
Dilansir Bloomberg pada Rabu (17/11/2021), saham Visa turun hingga 4,7 persen hingga rekor terendah sejak Februari dan melenyapkan valuasi hingga US$22 miliar.
Saat ini, e-commerce raksasa yang berbasis di Washington D.C. itu tengah bersitegang dengan Visa lantaran pengenaan tarif yang tinggi dalam transaksinya.
Kerugian sempat mencapai 7,3 persen pada perdagangan sore hari, Rabu (17/11/2021), setelah laporan Bloomberg News bahwa Amazon juga tengah mempertimbangkan beralih ke pesaing, yakni Mastercard.
Dengan demikian, kemerosotan yang dialami Visa semakin menambah parah anjloknya 3,5 bulan yang menyakitkan bagi Visa, memperpanjang penurunannya dari rekor tertinggi pada Juli sebesar 18 persen.
Sementara itu, Mastercard yang berbasis di New York masih lebih baik dengan penurunan sebesar 2,8 persen, American Express Co tergelincir 0,7 persen dan Synchrony Financial turun 2,1 persen.
Baca Juga
"Meski kami pikir ini adalah sinyal negatif untuk Visa jika Amazon menjalankan rencananya, tetapi kami juga yakin bahwa kedua perusahaan ini akan mencapai kesepakatan untuk menurunkan biaya kartu kredit Visa di Inggris," ungkap Analis Chris Donat Piper Sandler.
Larangan di Inggris menjadi rentetan perubahan yang Amazon terapkan terkait dengan aturan kartu kredit Visa pada tahun ini.
Pada Agustus, perusahaan Jeff Bezos ini menerapkan biaya tambahan 0,5 persen untuk semua transaksi pembayaran yang menggunakan Visa. Belum sampai sebulan, Amazon juga menerapkan hal yang sama untuk pelanggan di Australia.
Saat ini, investor terus mengamati pergerakan Visa dan penyedia layanan kartu kredit lainnya tak hanya karena masalah biaya, tetapi munculnya persaingan dengan pembiayaan pay later. Popularitas perusahaan seperti Affirm Holdings Inc., Afterpay Ltd., dan Klarna Inc., mulai meningkat pada tahun ini setelah pelanggan mulai mengurangi ketergantungan mereka dengan kartu kredit.
Namun, para analis belum khawatir dengan risikonya lantaran perubahan struktural dianggap terlalu berlebihan.