Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HBA November 2021 Bakal Turun Tipis, Ini Penyebabnya

Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan menyebut HBA November 2021 bakal turun tipis.
Salah satu lokasi pertambangan batu bara di Kalimantan Timur./JIBI-Rachmad Subiyanto
Salah satu lokasi pertambangan batu bara di Kalimantan Timur./JIBI-Rachmad Subiyanto

Bisnis.com, JAKARTA - Harga batubara acuan (HBA) November 2021 diperkirakan turun tipis dari penetapan bulan sebelumnya yakni US$161,63 per ton.

Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep) Bisman Bhaktiar mengatakan bahwa proyeksi penurunan ini disebabkan krisis energi yang mulai dapat diatasi.

“Taksiran saya akan turun tipis. Karena masa kekagetan atas krisis energi yang disebabkan [kenaikan harga] gas dan minyak bumi mulai ter-recovery. Tapi tetap tinggi, cuma memang tren turun tipis,” katanya, Senin (8/11/2021).

Dalam tiga bulan terakhir, HBA berangsur meningkat seiring dengan krisis energi yang terjadi di sejumlah belahan dunia. Tingginya harga komoditas bahan bakar seperti gas dan minyak bumi mendorong dunia beralih menggunakan batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi.

Pada Agustus, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA senilai US$130,99 per ton. Kemudian angka ini meningkat US$19,04 per ton menjadi US$150,03 per ton pada HBA September.

Kemudian harga acuan untuk komoditas emas hitam itu kembali mencetak rekor tertingginya sepanjang tahun ini yakni US$161,63 per ton atau naik US$11,60 per ton dibandingkan September. Salah satu faktor utama terkereknya HBA adalah permintaan dari China telah melampaui pasokan batu bara domestik.

Belakangan, China melakukan sejumlah intervensi terhadap perusahaan tambang di negara itu. Pemerintah mendorong perusahaan meningkatkan kapasitas produksi serta mendorong stabilisasi harga komoditas.

Xi Jinping juga mengancam menindak para spekulan harga dan penimbun batu bara. Upaya ini untuk menekan harga bara dan meningkatkan serapan bahan bakar untuk pembangkit listrik.

“Variabelnya banyak. Pertama soal recovery [energi dunia]. Kedua, sumber energi substitusi mulai bermunculan misalkan termasuk China dengan beberapa EBT mulai digerakkan. Minyak bumi dan gas bumi juga sudah mulai [menunjukan tren penurunan] harganya,” terangnya.

Bisman menuturkan pada akhirnya harga komoditas ini akan tetap turun. Namun pemerintah maupun perusahaan tambang perlu menyiapkan strategi agar stabilitas harga tetap terjaga sehingga tidak terkoreksi cukup dalam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rayful Mudassir

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper