Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Batu Bara China Mulai Turun, tapi Nilainya Masih Tinggi

Impor batu bara China mulai menunjukkan tren penurunan dalam beberapa bulan terakhir kendati nilainya masih tinggi.
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Bisnis.com, JAKARTA - Impor batu bara China sepanjang Oktober 2021 tercatat mencapai 27 juta ton, naik dua kali lipat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya meski turun dalam beberapa bulan terakhir.

Kenaikan ini menyusul kebutuhan energi dalam negeri masih cukup tinggi akibat pemulihan ekonomi China. Akibatnya kebutuhan energi listrik membengkak seiring bergairahnya kembali industri di negeri tersebut.

Meski demikian, dilansir dari Bloomberg, Senin (8/11/2021), impor batu bara ini turun 18 persen dibandingkan pada periode impor tertinggi yakni September serta paling rendah sejak Mei 2021. Adapun importasi komoditas salah satunya berasal dari Indonesia untuk pasokan pembangkit listrik.

Kondisi ini merupakan dampak dari upaya Beijing untuk meningkatkan produksi batu bara dalam negeri. Intervensi ini juga menyebabkan harga batu bara turun cukup dalam dari US$223,45 per ton pada 31 Oktober menjadi US$150 per ton pada 1 November.

Selain mendorong lebih banyak pasokan domestik, Beijing juga menindak para spekulan dan penimbun komoditas tersebut. Xi Jinping menurut Bloomberg juga membiarkan tarif listrik naik dan membujuk para penambang untuk mengenakan batasan harga.

Akibatnya, hanya segelintir provinsi di China yang masih menghadapi pemadaman listrik besar-besaran. Selain itu, musim dingin tahun ini diperkirakan lebih dingin dari biasanya. Kondisi tersebut akan memberikan tekanan lebih kepada pasar komoditas emas hitam.

Citigroup Inc. pada bulan lalu juga menyebutkan bahwa pembatasan harga domestik dapat membuat impor menjadi kurang ekonomis menjelang musim dingin.

Meski demikian, diperkirakan kebutuhan listrik dalam beberapa bulan ke depan akan lebih tinggi dibandingkan awal 2021. Hal itu disebabkan adanya perlambatan output sektor manufaktur dalam negeri.

Hal itu mungkin juga menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan pasokan listrik masih belum cukup untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat.

Sementara itu, di antara impor komoditas lainnya, volume bijih besi turun dari September karena produksi baja yang lebih sedikit, sementara impor tembaga naik tipis. Secara tahunan, pembelian keduanya telah turun dari tahun lalu karena ekonomi melambat.

Impor kedelai turun setelah Badai Ida menghantam pelabuhan pertanian tersibuk di Amerika dan mengganggu ekspor AS. Penutupan beberapa pabrik pengolahan kedelai China pada akhir September sebagai bagian dari pembatasan konsumsi listrik yang meluas juga telah mengurangi permintaan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rayful Mudassir
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper