Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LPEM FEB UI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 dapat mencapai kondisi sebelum pandemi Covid-19, yakni di kisaran 5,1 persen–5,4 persen.
Hal tersebut disampaikan oleh Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam konferensi pers Indonesia Economic Outlook 2022 yang berlangsung secara daring pada Selasa (2/11/2021). Dia menjelaskan bahwa pemulihan ekonomi terus terjadi dengan sejumlah tantangan, khususnya di aspek kesehatan yang masih terjadi.
LPEM UI menilai bahwa terdapat momentum untuk memasuki lintasan pertumbuhan jangka panjang (long term growth trajectory) pada tahun depan, seiring kondisi perekonomian yang mulai pulih pada kuartal III/2021. Menurut Riefky, pada tahun depan Indonesia berpotensi kembali mencatatkan pertumbuhan ekonomi seperti masa sebelum pandemi Covid-19.
"Ke depannya kami lihat momentum long term growth trajectory pada 2022, pertumbuhan ekonomi bisa 5,1 persen–5,4 persen," ujar Riefky pada Selasa (2/11/2021).
Meskipun begitu, kinerja perekonomian tahun depan masih akan sangat bergantung kepada kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia. Dia menuturkan bahwa terdapat banyak faktor yang memengaruhi dinamika pandemi, mulai dari sesuatu dalam kendali seperti kebijakan penanganan penyebaran Covid-19 hingga sesuatu di luar kendali seperti mutasi virus.
"Memang ini disclaimer paling besarnya kita tidak tahu mutasi Covid-19 seperti apa. Kalau [penyebaran Covid-19] bisa di-maintain mestinya 5 persen ini cukup realistis pada 2022," ujarnya.
LPEM UI menilai bahwa kinerja perekonomian Indonesia pada tahun ini belum dapat kembali ke kondisi sebelum pandemi Covid-19. Hal tersebut karena adanya pukulan keras terhadap ekonomi saat penyebaran virus varian delta, sehingga terdapat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) ketat yang membatasi kegiatan usaha.
Menurut Riefky, pihaknya memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi 2021 ada di kisaran 3,7 persen–3,9 persen. LPEM UI menilai bahwa masih terdapat risiko mutasi virus dan penyebaran Covid-19 pada akhir tahun, sehingga peluang pertumbuhan ekonomi yang optimal terjadi pada tahun depan.
"2021 belum mencapai 4 persen," ujar Riefky.