Bisnis.com, JAKARTA – Status PPKM level 1 yang menjangkau lebih banyak daerah dinilai bisa menjadi momentum bagi sektor ritel modern untuk mempersiapkan diri memasuki masa pemulihan. Penjualan di kuartal IV/2021 diharapkan bisa mendekati pencapaian pada kuartal II/2021.
“Di beberapa daerah kondisi mulai membaik, sehingga kami mengharapkan di kuartal IV/2021 [kinerja] bisa mendekati kinerja kuartal II/2021. Kami perkirakan 80 sampai 90 persen seperti situasi kuartal II/2021,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey, Selasa (2/11/2021).
Roy mengatakan, sinyal pemulihan mulai terlihat dari tingkat inflasi yang menunjukkan kenaikan. BPS melaporkan inflasi indeks harga konsumen (IHK) Oktober 2021 sebesar 1,66 persen secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,60 persen yoy.
“Jika ekonomi tahun ini mencapai 4 sampai 4,5 persen, maka pertumbuhan ritel secara tahunan diperkirakan di kisaran 3,5 sampai 4 persen,” katanya.
Meski kinerja ritel modern mulai memperlihatkan perbaikan, Roy mengatakan, situasi kali ini masih belum menyamai capaian sebelum pandemi. Dia memperkirakan, momen pemulihan ritel modern akan ditentukan pada situasi 6 bulan pertama 2022 yang bertepatan dengan momen Ramadan dan Idulfitri.
“Kami melihat akhir tahun ini sebagai masa prapemulihan. Pemulihan ritel akan ditentukan situasi 6 bulan pertama 2022, apakah ada outbreak atau tidak. Di sinilah protokol kesehatan diuji,” kata Roy.
Senada, Sekretaris Jenderal Aprindo Solihin mengatakan, status PPKM yang turun di berbagai daerah menjadi peluang tersendiri bagi peritel. Akhir tahun yang bertepatan dengan Natal dan Tahun Baru menjadi momen naiknya konsumsi masyarakat.
“Namun, yang perlu digaris bawahi kalau situasi pelonggaran ini menjadi tantangan tersendiri. Pelaku usaha dan masyarakat tidak bisa lengah dan memastikan protokol kesehatan harus terus berjalan,” kata Solihin.