Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah ekonomi terbesar di Asia menunjukkan perbaikan pada Indeks Manajer Pembelian (PMI) pada Oktober setelah meningatnya permintaan, tetapi masih menghadapi masalah kelangkaan bahan baku.
Berdasarkan Caixin China General Manufacturing PMI, pada Oktober China mencatatkan kenaikan dari 50,0 pada September menjadi 50,6 pada Oktober. Kendati hanya naik tipis, tingkat ekspansi menjadi faktor yang tumbuh paling kuat sejak Juni.
Perbaikan ini didorong oleh meningkatnya permintaan yang ditandai dengan pemesanan baru terringgi dalam 4 bulan terakhir. Namun, permintaan masih lebih banyak didukung dari domestik. Adapun permintaan dari luar negeri justru kembali turun dalam 3 bulan berturut-turut.
Data IHS Markit PMI Korea Selatan turun dari 52,4 pada September menjadi 50,2 pada Oktober. Hal ini mengindikasikan perbaikan fraksional pada sektor manufaktur.
Hasil produksi manufaktur kembali turun dalam tiga bulan terakhir. Tingkat penurunannya solid, dan tercatat tercepat sejak Juli 2020. Produsen mengaitkan penurunan tersebut dengan kelangkaan bahan baku yang signifikan, terutama untuk komponen listrik dan semikonduktor.
Namun, sejumlah bisnis mencatatkan kenaikan kecil pada pesanan baru dalam periode survei terkini. Adapun sejumlah perusahaan di Korea Selatan melaporkan kontraksi baru terkait dengan ketenagakerjaan. Jumlah tenaga kerja turun untuk pertama kalinya sejak Februari.
Baca Juga
Sementara itu, Jepang menunjukkan kinerja manufaktur paling baik, di mana PMI au Jibun Bank Japan naik dari 51,5 pada September menjadi 53,2 pada Oktober.
Hal ini menunjukkan peningkatan bulanan kesembilan berturut-turut dalam mengukur kesehatan sektor ini dengan laju ekspansi tercepat sejak April.
Pertumbuhan dihasilkan oleh produksi yang kembali meningkat, apalagi setelah dicabutnya restriksi Covid-19. Volume produksi juga telah berbalik naik dari periode sebelumnya. Kendati demikian, Jepang juga menghadapi masalah kelangkaan bahan baku.