Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak dua pertiga dari 30 perusahaan terbesar di sektor properti China telah melanggar tiga garis merah yang ditetapkan oleh regulator. Hal ini menandakan developer China sedang berjuang menghadapi ketatnya peraturan keuangan.
Dilansir Bloomberg pada Senin (1/11/2021), perusahaan-perusahaan dengan panjualan tertinggi menurut China Real Estate Info Corp., telah melanggar setidaknya satu dari tiga garis merah.
Greenland Holdings Corp., Jiangsu Zhongnan Construction Group, dan Guangzhou R&F Properties Co., bahkan belum memenuhi satupun metrik tiga garis merah.
Perlu diketahui, tiga garis merah yang ditetapkan regulator China meliputi rasio liabilitas terhadap aset (tidak termasuk penerimaan di muka) harus kurang dari 70 persen, rasio gearing bersih kurang dari 100 persen, dan rasio utang jangka pendek terhadap kas harus lebih dari satu kali.
Para pengembang tengah menghadapi tekanan keuangan seiring dengan kebijakan yang semakin ketat dan permintaan otoritas dalam melakukan deleverage pada sektor ini.
Seperti diketahui, krisis likuiditas yang terjadi di Evergrande Group China telah mengguncang pasar, di mana sektor real estat di negara itu membukukan utang yang hampir setengahnya berdenominasi dolar.
Baca Juga
Hasil tingkat spekulatif secara singkat mencapai 20 persen pada Oktober, menjadi yang tertinggi dalam satu dekade.
Perusahaan lainnya yang juga memiliki jumlah utang dan kewajiban jumbo seperti China Evergrande Group dan China Railway Construction Corporation Ltd., juga telah melanggar dua garis merah.
Namun, perusahaan tersebut tidak memberikan komentar terhadap data tersebut.