Bisnis.com, JAKARTA — Aliran investasi ke industri manufaktur perlu didorong untuk penguatan ketersediaan bahan baku. Hal itu mengingat ketergantungan industri dalam negeri yang tinggi terhadap pasokan bahan baku impor.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie mengatakan investasi baru untuk ketersediaan bahan baku akan sangat bertalian dengan peningkatan daya saing produk dalam negeri.
"Sehingga ketergantungan pasok kita dari negara-negara lain menjadi lebih terkendali. Kita kan sangat bergantung pada China, misalnya [untuk bahan baku alas kaki]," kata Firman saat dihubungi, Kamis (28/10/2021).
Ketergantungan yang tinggi menyebabkan industri dalam negeri rentan terhadap gangguan rantai pasok, seperti lockdown, kelangkaan kontainer, atau pun harga pengapalan yang melambung.
Firman mengatakan aliran investasi ke sektor alas kaki masih tumbuh positif, salah satunya dipengaruhi kondisi global yang menguntungkan Indonesia.
Faktor-faktor pendorong tersebut antara lain, kondisi pandemi yang menyebabkan pembatasan di Vietnam dan dampak berkepanjangan dari perang dagang Amerika Serikat dan China.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi ke sektor barang dari kulit dan alas kaki tercatat senilai US$97,8 juta untuk penanaman modal asing (PMA) dan Rp318 triliun untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Adapun secara keseluruhan, aliran investasi ke industri manufaktur pada sembilan bulan pertama tahun ini tercatat sebesar Rp236,8 triliun, naik 17,26 persen dari periode yang sama 2020 senilai Rp201,9 triliun.
Pada tahun ini, Kemenperin menargetkan total investasi sebesar Rp301 triliun. Dengan demikian, pencapaian Januari-September 2021 telah memenuhi 78,67 persen dari target. Adapun pada tahun depan, investasi ditarget sebesar Rp368 triliun atau tumbuh 22,2 persen dari proyeksi 2021.