Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hingga September 2021, Pemulihan Ekspor Pacu Industri Logistik

Merger Pelindo diharapkan berdampak signifikan terhadap peningkatan efisiensi sektor logistik Indonesia. 
Ilustrasi kontainer
Ilustrasi kontainer

Bisnis.com, JAKARTA – Supply Chain Indonesia (SCI) optimistis peningkatan nilai Ekspor Indonesia sebesar 47,64 persen (year on year) hingga September 2021 dapat mendorong kinerja sektor Logistik Indonesia.

Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan tak hanya ekspor, kinerja logistik juga memiliki potensi lebih baik didorong dengan peningkatan nilai impor sebesar 40,31 persen pada periode tersebut. Menurutnya, dengan beberapa indikator seperti peningkatan ekspor-impor itu, Setijadi optimis sektor logistik semakin cepat pulih.

“Beberapa faktor pendorong lainnya antara lain hasil pembangunan infrastruktur yang meningkatkan konektivitas serta perkembangan teknologi informasi termasuk digitalisasi, internet of things (IoT), dan blokchain,” ujarnya, Minggu (24/10/2021).

Secara khusus, Setijadi juga menyebutkan bahwa merger Pelindo diharapkan juga berdampak signifikan terhadap peningkatan efisiensi sektor logistik Indonesia. 

Namun demikian, masih sangat diperlukan kolaborasi dan sinergi antar pelaku usaha dan pihak-pihak terkait dalam peningkatan efisiensi sektor logistik. 

Selain itu juga, lanjutnya, kolaborasi bisa dilakukan dalam berbagai bentuk termasuk pengembangan dan penggunaan shared facilities.

Berdasarkan data BPS, nilai ekspor meningkat berturut-turut antara Mei hingga Agustus 2021 walaupun turun pada September 2021 sebesar 3,84 persen (month to month). Pada periode itu, nilai impor juga turun sebesar 2,67 persen. Tercatat nilai ekspor sebesar US$20,60 miliar dan nilai impor sebesar US$16,23 miliar pada September 2021. 

Pada periode Januari-September 2021, nilai ekspor total Indonesia sebesar US$164,29 miliar yang disumbang ekspor nonmigas sebanyak 94,63 persen dengan kontribusi terbesar dari industri pengolahan (77,73 persen), diikuti pertambangan (15,08 persen) serta pertanian, kehutanan, dan perikanan (1,82 persen). 

Pada periode itu, nilai impor total sebesar US$139,22 miliar dengan sumbangan terbesar dari bahan baku/penolong (75,50 persen) diikuti barang modal (14,37 persen) dan konsumsi (10,13 persen). 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper