Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom menyoroti serapan anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN), khususnya pada klaster kesehatan.
Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai realisasi anggaran di sektor kesehatan yang rendah dibandingkan klaster lainnya masih menjadi tantangan bagi pemerintah, sama seperti tahun lalu.
Padahal, dalam konteks pemulihan ekonomi, sektor kesehatan penting dalam mendorong proses pemulihan yang lebih stabil.
“Memang harus diakui beberapa permasalah relatif lambannya realisasi PEN khususnya di sektor kesehatan dibandingkan sektor yang lain,” katanya kepada Bisnis, Selasa (12/10/2021).
Yusuf menyampaikan, penangan pandemi dari sisi kesehatan yang optimal akan menjaga tren kasus Covid-19 tetap rendah, setidaknya hingga akhir tahun.
Sayangnya, pemerintah mencatat realisasi anggaran program PEN pada klaster kesehatan baru terealisasi sebesar Rp106,87 triliun atau mencapai 49,7 persen dari pagu anggaran.
Realisasi klaster kesehatan tersebut utamanya diperuntukan kepada diagnostik (testing dan tracing) sebesar 63,2 persen atau Rp2,96 triliun dan therapeutic (insentif dan santunan tenaga kesehatan) sebesar 71,6 persen atau Rp13,56 triliun dari pagu Rp18,94 triliun.
Di samping itu, anggaran untuk vaksinasi juga baru terealisasi sebesar 39,9 persen atau mencapai Rp23,07 triliun.
Adapun secara keseluruhan, realisasi program PEN hingga 2021 tercatat sebesar Rp416,08 triliun atau baru mencapai 55,9 persen dari pagu anggaran Rp744,77 triliun.