Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan perkembangan harga pada Oktober 2021 akan mengalami inflasi sebesar 0,05 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Tingkat inflasi tersebut meningkat dari bulan sebelumnya, di mana Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatatkan deflasi sebesar 0,04 persen mtm.
“Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I Oktober 2021, perkembangan harga pada Oktober 2021 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,05 persen mtm,” Kepala Grup Departemen Komunikasi BI Muhamad Nur melalui siaran pers, Jumat (8/10/2021).
Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi pada Oktober 2021 secara tahun kalender adalah sebesar 0,85 persen (year-to-date/ytd), dan secara tahunan sebesar 1,59 persen (year-on-year/yoy).
Nur menyampaikan, penyumbang utama inflasi Oktober 2021 sampai dengan minggu pertama yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,05 persen mtm, minyak goreng, rokok kretek filter dan angkutan udara masing-masing sebesar 0,01 persen mtm.
Sementara, beberapa komoditas mengalami deflasi, di antaranya tomat dan telur ayam ras masing-masing sebesar -0,02 persen mtm, daging ayam ras, bayam, kangkung, sawi hijau dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01 persen mtm.
Baca Juga
Sebelumnya, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan laju inflasi akan meningkat pada kuartal IV/2021 seiring dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi.
Meski mengalami peningkatan, tingkat inflasi hingga akhir 2021 diperkirakan tetap rendah. “Perkiraan kami menunjukkan bahwa inflasi pada akhir 2021 bisa lebih rendah dari perkiraan kami sebesar 2,28 persen. Kami melihat masih ada peluang inflasi tahun ini berada di atas realisasi inflasi 2020 sebesar 1,68 persen,” katanya.
Menurutnya, beberapa faktor yang dapat menahan tekanan inflasi di sisa 2021 adalah harga emas, insentif pajak, dan pemulihan ekonomi yang lebih bertahap, serta risiko tapering the Fed.