Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ICAEW: Imunitas Covid-19 di Asia Tenggara Rendah Pengaruhi Ekonomi

Institute of Chartered Accountants in England and Wales atau ICAEW dan Oxford Economics menilai bahwa tingkat imunitas terhadap Covid-19 di sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, masih relatif rendah sehingga rawan menekan pertumbuhan ekonomi.
Siluet gedung-gedung bertingkat di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Siluet gedung-gedung bertingkat di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Institute of Chartered Accountants in England and Wales atau ICAEW dan Oxford Economics menilai bahwa tingkat imunitas terhadap Covid-19 di sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, masih relatif rendah sehingga rawan menekan pertumbuhan ekonomi. Mutasi virus perlu diantisipasi dengan percepatan vaksinasi dan 3T.

Berdasarkan laporan The Global Economic Forecast Report dari ICAEW dan Oxford Economics, penyebaran varian delta Covid-19 telah membayangi dan memperlambat pemulihan ekonomi kawasan Asia Tenggara pada tahun ini. Tekanan dan perlambatan ekonomi terutama terjadi di negara-negara dengan tingkat imunitas terhadap Covid-19 yang rendah.

Negara-negara yang memiliki tingkat imunitas rendah terhadap Covid-19 rentan menghadapi risiko yang lebih besar ke depannya, saat mutasi virus corona terjadi. Hal tersebut berkaca dari munculnya varian delta yang memicu lonjakan baru kasus Covid-19, sehingga negara-negara dengan laju vaksinasi lambat dan terkena gangguan rantai pasok global menjadi lebih rentan terhadap dampaknya.

"Negara-negara Asia Tenggara mengalami tingkat keberhasilan yang berbeda dalam menahan varian delta, karena tingkat vaksinasi dan pembatasan jarak sosial yang berbeda-beda. Di satu sisi, gelombang infeksi yang signifikan di Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Thailand pada kuartal kedua membuat negara-negara tersebut menghadapi perlambatan pemulihan pada 2021," tertulis dalam siaran pers ICAEW pada Rabu (6/10/2021).

ICAEW memproyeksikan bahwa beberapa negara, termasuk Indonesia, rentan mengalami kontraksi pada kuartal III/2021 karena laju vaksinasi yang masih rendah. Meskipun begitu, prospek kawasan Asia Tenggara diperkirakan akan lebih positif pada 2022 seiring terus meningkatnya vaksinasi dan pelonggaran pembatasan aktivitas masyarakat.

Melalui risetnya, lembaga itu menilai bahwa negara yang sangat berorientasi ekspor seperti Vietnam akan tetap bergantung pada pemulihan sektor manufaktur. Diproyeksikan bahwa penguatan ekonomi akan terjadi pada pertengahan 2022 seiring pelonggaran pembatasan dan pemulihan industri.

“Perkembangan baru pada negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam kemungkinan akan membebani aktivitas perekonomian mereka di kuartal IV/2021 sampai Covid-19 dapat lebih terkendali di negara masing-masing,” tulis Chief Economist and Managing Director at Oxford Economics Middle East Scott Livermoredalam laporan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper