Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Baru Diuji Coba, Kementerian ESDM Yakin Pengembangan Bioavtur Bisa Lebih Cepat

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis pengembangan bahan bakar nabati untuk transportasi udara, yaitu bioavtur bisa dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan biodiesel.
Pengisian bioavtur J2,4 terhadap pesawat CN235-220./Istimewa
Pengisian bioavtur J2,4 terhadap pesawat CN235-220./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis pengembangan bahan bakar nabati untuk transportasi udara, yaitu bioavtur bisa dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan biodiesel.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa pengembangan avtur dengan campuran palm kernel oil (PKO) atau minyak inti sawit 2,4 persen memang berjalan terlambat.

Dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 12/2015 telah mengatur kewajiban pencampuran bahan bakar nabati dalam avtur dengan persentase sebesar 3 persen pada 2020, dan meningkat jadi 5 persen di 2025.

“Kalau bicara waktu saat ini kan kita punya pengalaman, jadi lebih cepat dibandingkan dengan biodiesel dulu,” katanya dalam Uji Terbang Pesawat CN235-220 FTB Menggunakan Campuran Bahan Bakar Bioavtur J2,4, Rabu (6/10/2021).

Dadan menuturkan, pihaknya bakal menerapkan skema yang sama pada saat pengembangan biodiesel. Kajian-kajian teknis dan keekonomian akan dipelajari lebih lanjut untuk nantinya bisa diproduksi untuk kebutuhan komersial.

Dari aspek teknis, katanya, pengembangan bioavtur telah melewati setengah jalan. Namun, proses untuk memastikan keekonomian bioavtur diperkirakan akan membutuhkan waktu lebih lama.

“Keekonomian itu kan tidak selalu harus lebih murah dari avtur, bukan itu artinya ya. Jadi keekonomian itu nanti kita lihat kalau dicampurkan, kalau misalkan lebih mahal seberapa mahal, dan dampaknya seperti apa terhadap yg lain. Banyak pihak yang terlibat di sini,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan bahwa nantinya bioavtur J2,4 diharapkan bisa dikomersialisasikan seperti B30 pada biodiesel.

Dia menyebut, pihaknya akan mengakselerasi pengembangan bioavtur guna mengejar keterlambatan, sehingga bisa cepat mencapai campuran sebesar 5 persen.

Meski begitu, Nicke menyebut bahwa Pertamina membutuhkan kepastian pasokan bahan campuran PKO agar program itu bisa berjalan secara berkelanjutan. Dia pun meminta pasokan khusus yang dialokasikan untuk pengembangan bioavtur.

“Tentu kami berharap ada komitmen, seperti volume yang memang dialokasikan untuk bioavtur ini dan syarat komersialisasi,” ujarnya.

Nicke juga menyatakan, fasilitas kilang Pertamina sudah siap untuk memproduksi bioavtur sesuai dengan regulasi dan memiliki standar internasional. Rencananya, bioavtur akan diproduksi dari Kilang Dumai dan Kilang Cilacap.

“Bagaimana keberlangsungannya? Tentu kami berharap ada suatu kebijakan dari hulu ke hilir untuk bisa sama-sama kita jaga bagaimana produk ini bisa sustain dari sisi komersialnya maupun availability-nya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper