Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APBI Ramal Penggunaan Batu Bara Masa Depan Tetap Tinggi. Ini Alasannya

APBI menyatakan batu bara tidak hanya komoditas yang saat ini diupayakan untuk menekan karbon, melainkan harus melihat batu bara berdasarkan basis permintaan.
Fasilitas conveyor belt di salah satu tambang batu bara Australia/ Bloomberg
Fasilitas conveyor belt di salah satu tambang batu bara Australia/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI) cukup optimistis sektor batu bara masih cukup menjanjikan di masa mendatang meski dihadapkan pada transisi energi menuju netral karbon.

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan bahwa batu bara masih menjadi kontributor penting penerimaan negara. Selain itu, penggunaan energi di dalam negeri juga masih didominasi oleh bahan baku fosil.

“Ini fakta yang kita harus akui bahkan untuk beberapa tahun ke depan dan selain itu untuk ketahanan energi,” katanya akhir pekan lalu.

Dia menyebut batu bara tidak hanya komoditas yang saat ini diupayakan untuk menekan karbon, melainkan harus melihat batu bara berdasarkan basis permintaan.

Hingga kini batu bara menjadi bahan baku pembangkit listrik tenaga uap baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, emas hitam ini juga masih dipergunakan oleh pelbagai industri seperti tekstil, semen hingga kertas.

“20 persen dari batu bara yang dihasilkan digunakan untuk domestik untuk industri yang nonkelistrikan. Itu sangat banyak industri lain terutama semen, kertas, pabrik tekstil yang tetap menggunakan batu bara,” terangnya.

Hendra menambahkan bahwa sejumlah industri tersebut akan sulit untuk melakukan transisi energi. Sebab itu pemerintah perlu meregulasi kebijakan pemanfaatan batu bara agar tidak kehilangan peminat.

“Kita lihat beberapa pengembangan PLTU berbasis batu bara di negara tujuan ekspor, itu kita masih cukup optimistis pasar batu bara ke depan. Di situ lah sangat penting bagaimana pemerintah meregulasi sehingga perusahaan yang akan melakukan transisi nanti paling tidak bisa survive untuk melakukan transisi energi bahkan berinvestasi di EBT,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper